Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rose BLACKPINK dengan Labubu (instagram.com/lalalalisa_m)
Rose BLACKPINK dengan Labubu (instagram.com/lalalalisa_m)

Tren blind box berisi mainan tampaknya masih terus diminati oleh konsumen global. Membeli boneka mainan tanpa mengetahui isi karakter di dalamnya ternyata menumbuhkan keseruan tersendiri bagi konsumen. Kolektor blind box tumbuh subur, hal dipengaruhi oleh kesukaan terhadap seni, psychology consumer, dan sosial media.

Koleksi blind box secara impulsif ternyata dipengaruhi oleh consumer behavior yang dapat dijelaskan secara psikologis. Sejumlah ahli juga telah melakukan penelitian terkait fenomena ini. Berikut adalah penjelasan mengapa seseorang dapat ketagihan membeli karakter blind box.

1. Sensasi yang adiktif, bikin blind box seperti sebuah reward atau pencapaian

Boneka Labubu (instagram.com/popmartid)

Ketika membuka blind box, kolektor menggambarkan sensasi ini sebagai sesuatu yang adiktif. Kolektor akan membuka sebuah box yang tak diketahui isi di dalamnya, mungkin berisi variasi yang dia inginkan atau sebaliknya. Perasaan penasaran akan berubah keterkejutan begitu seseorang membukanya.

Neuroscientist, Shirley M. Mueller M.D., menjelaskan secara psikologis mengapa fenomena blind box dapat terasa begitu addictive. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakpastian dalam blind box mendorong pembelian impulsif dan mengaktifkan rasa ingin tahu. Permainan ini menggugah persepsi keberuntungan ditambah lagi eksklusivitas atas kelangkaan varian tertentu.

Shirley menyebutkan ketidakpastian ini mirip dengan mesin slot atau judi yang memicu reward circuits di otak. Ketika mendapatkan varian yang diinginkan atau edisi terbatas yang tak banyak beredar dapat memunculkan rasa gembira yang besar bahkan obsesi. Sebab ketika berhasil mendapatkan yang diinginkan, manusia akan merasa bangga atas apa yang didapatkan.

Poinnya bukan saja memiliki, namun mengoleksi dan menjadikannya sebuah reward atas pencapaian diri. Kolektor akan terus mendokumentasikannya, mengkurasi dan berupaya mendapatkan yang diinginkan mesi pada pada dasarnya ini hanyalah sebuah mainan.

2. Rasa ingin tahu dan sikap impulsif jadi dorongan kuat untuk beli blind box

Labubu (popmart.com)

Jurnal berjudul "Unveiling the Enigma of Blind Box Impulse Buying Curiosity: The Moderating Role of Price Consciousness" menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara rasa ingin tahu dan perilaku pembelian impulsif. Semakin rendah kesadaran seseorang terhadap harga, semakin besar pengaruh rasa ingin tahu dan kecenderungan pembelian secara impulsif.

Penelitian mengungkapkan bahwa rasa ingin tahu memegang peranan penting terkait keinginan untuk membeli blind box. Rasa penasaran ini mendasari keinginan kolektor untuk membeli mainan tersebut secara impulsif.

Dalam beberapa kasus, kesadaran harga atau price price conscious mempengaruhi hubungan antara niat beli sikap impulsif. Artinya, bagi beberapa orang yang menilai harga blind box relatif mahal akan membuat ia urung dalam berlaku impulsif. Harga cenderung mengurangi pembelian impulsif.

3. Pembeli muda bersikap irasional

ilustrasi blind box (Freepik.com/ 8photo)

Penjelasan di atas sejalan jurnal berjudul "The Effect of Doll Blind Box Uncertainty on Consumers’ Irrational Consumption Behavior: The Role of Instant Gratification, Gambler’s Fallacy, and Perceived Scarcity". Perilaku konsumen yang gemar membeli blind box diasumsikan seperti mekanisme psikologis terhadap lotre dan perjudian.

Ketika membeli blind box, konsumen menunjukkan sikap atau respons yang irasional. Mereka menginvestasikan lebih banyak sumber daya kognitif dan emosional untuk mendapatkan imbalan yang tidak pasti.

Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa konsumen muda berusia 21-30 tahun menjadi konsumen mayoritas dalam fenomena ini. Berdasarkan consumer behaviour analysis, konsumen muda cenderung memiliki sifat impulsif, rasa ingin tahu yang besar dan kompetitif. Konsekuensi atau risiko yang siap mereka hadapi, semakin mendorong mereka untuk membuat keputusan yang irasional, artinya tidak didorong atas kesadaran logis.

Editorial Team