ilustrasi duduk berjauhan (pexels.com/Monstera)
Walaupun orang tulus tidak mengharapkan balasan atas kebaikannya, dia masih manusia biasa. Lama-kelamaan hatinya akan merasa sakit juga jika orang-orang cuma mendekatinya saat perlu sesuatu, lalu melupakannya setelah dia memenuhinya. Apa susahnya sih, mereka menjaga pertemanan dengannya baik ketika butuh sesuatu maupun tidak?
Apa pun alasan orang menjauhinya setelah keperluannya usai, pribadi yang tulus merasa terluka. Sikap mereka berkebalikan dengan sifatnya. Mereka dinilai cuma memanfaatkannya di tengah sulitnya mencari orang yang mau menolong tanpa imbalan apa pun.
Rasanya menjadi orang tulus ketika diperlakukan seperti ini menyerupai peribahasa habis manis sepah dibuang. Dia mesti melindungi dirinya sendiri dari rasa sakit yang akan ditinggalkan orang-orang yang hanya memanfaatkannya. Caranya dengan membatasi lingkaran pertemanannya.
Di manakah posisi kita? Apakah kita termasuk orang tulus atau justru suka mengandalkan ketulusan orang? Bila kita sering meminta bantuan pada orang yang tulus, pahami cara untuk menghargai kebaikannya.
Jangan balas ketulusannya dengan perbuatan-perbuatan yang buruk dan hindari cepat percaya pada perkataan negatif orang tentangnya. Meski orang yang tulus tidak pernah meminta balasan, tetaplah membalas dengan terus memelihara pertemanan dalam susah maupun senang. Lambat laun kita pun akan belajar menjadi pribadi yang tulus seperti dirinya.