5 Alasan Sikap Perfeksionis Berlebihan Bisa Membunuh Kebahagiaan

Sikap perfeksionis bak dua sisi mata pisau. Di satu sisi, sifat ini mendorong seseorang untuk melakukan upaya terbaik demi memperoleh hasil yang maksimal. Namun di sisi lain, dia menetapkan standar yang terlalu tinggi sehingga tak jarang membuatnya merasa frustrasi saat tak berhasil mencapainya.
Meski hasilnya dinilai sangat baik di mata orang lain, dia tetap merasa gagal jika belum sesuai dengan yang diharapkan. Karena fokus mencari kesempurnaan, dirinya bersikap keras terhadap diri sendiri, seperti mengkritik diri dan sulit puas dengan pencapaian pribadi. Perfeksionisme yang berlebihan bisa membunuh kebahagiaan karena alasan berikut.
1. Menuntut diri dengan target yang tak realistis
Seorang perfeksionis cenderung menetapkan standar yang sangat tinggi dan kadang tidak realistis untuk dirinya sendiri. Contohnya menargetkan nilai ulangan 100 untuk setiap mata pelajaran di setiap semester. Masalahnya, setiap orang tak selalu ada di kondisi yang prima sehingga tak bisa mengerahkan upaya maksimalnya.
Mungkin saja dia sakit, mengalami demotivasi, burnout, atau menghadapi konflik yang berat. Saat tak mampu memenuhi standar tersebut, dia akan terus menyalahkan diri sendiri karena semestinya bisa melakukan yang terbaik. 'Kegagalan' ini akan berujung pada kekecewaan dan frustrasi, yang membuatnya sulit merasa bahagia.