Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
youngontop.com

Yailah gitu aja, jangan baperan dong!”

“Lu jadi orang baperan amat”

Pernah, gak, sih kamu dapat cibiran kayak gitu? Jujur, sebenarnya dalam hati sedih, tapi kamu gak enak juga buat bilang. Akhirnya, kamu jadi memendamnya sendiri. Bisa juga, jangan-jangan kamu adalah salah satu orang yang suka ngomong kayak gitu ke teman kamu? Kamu harus stop kebiasaan bilang kayak gitu, ya. Itu karena bisa membawa dampak buruk ke psikologis orang yang kita bilang baperan.

Baper sendiri adalah singkatan dari bawa perasaan. Istilah ini muncul karena adanya latar belakang emosi dan sensitivitas seseorang. Yuk, kita bahas lebih dalam bareng Agata Ika Paskarista, Education and Clinical Child Psychology and TopKarir Klinik Expert.

1. Mereka sebenarnya punya tingkat kepekaan yang tinggi

unsplash.com/Andrey Zvyagintsev

Dalam psikologi sendiri, ada sebutan highly sensitive person (HSP) yang dikemukakan oleh Dr. Elaine Aron: The Highly Sensitive Person (1997) yaitu studi tentang sensory-processing sensitivity.

Dalam buku tersebut HSP mendefinisikannya sebagai orang yang memiliki kesadaran terhadap hal-hal kecil di sekelilingnya dan lebih mudah merasa kewalahan ketika berada di lingkungan yang sangat menstimulasi indranya.

2. Ucapan baper punya dampak positif dan negatif

Editorial Team

EditorYudha

Tonton lebih seru di