Ilustrasi seorang perempuan (unsplash.com/yoannboyer)
Saat kewaspadaanmu menurun, kamu melihat semua orang sebagai teman. Bahkan mungkin teman terbaik yang akan selalu menjaga rahasiamu. Sayangnya, kenyataan tidak mengikuti bayanganmu.
Beberapa di antaranya mungkin saja diam-diam tidak menyukaimu. Lalu dari yang segelintir itu ada yang terlalu tidak menyukaimu dan siap untuk 'menyerangmu' kapan pun ada kesempatan.
Dan rahasia hidupmu yang terbuka ialah kesempatan terbaiknya. Bila ini sampai terjadi, di dalamnya juga ada kontribusimu. Kamu memberikan pisau yang sangat tajam pada semua orang, termasuk orang yang ingin melukaimu.
Bukan berarti kamu sama sekali tidak boleh menceritakan rahasia hidupmu. Namun ceritakanlah pada orang yang tepat. Seumpama kamu punya tiga sahabat, mungkin hanya satu yang benar-benar layak untuk mengetahuinya.
Atau berceritalah pada konselor profesional yang sudah pasti akan menjaga rahasiamu. Ia juga bisa memberimu saran terbaik jika kamu memerlukannya.
Yang terakhir, kamu bahkan berhak menceritakannya pada lebih banyak orang jika kamu memang sudah tidak ingin merahasiakannya lagi dan yakin hidupmu akan menjadi lebih baik setelahnya. Intinya, pikirkan masak-masak terlebih dahulu ketimbang menyesal kemudian.