TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Perjalanan Hidup Penuh Duka J.K. Rowling sebelum Sukses 

Menginspirasi banget

gilavalleycentral.ne

Kisah hidup dari ketenaran dan kekayaan J.K. Rowling telah terdokumentasikan dengan baik, tetapi kebanyakan orang hanya tahu garis besarnya saja. J.K. Rowling dikenal sebagai seorang penulis yang berjuang dengan imajinasi dan mimpinya yang besar. Ketika naskah Harry Potter akhirnya terjual, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Tetapi ada banyak peristiwa dalam kehidupan wanita bernama Joanne Rowling ini. Jika kita melihat lebih dekat masa-masa sulit dalam hidupnya, sifat ulet Rowling sangat kental terasa dan menginspirasi banyak penulis pemula yang mengidolakannya. Dia mampu mengambil hikmah dari setiap pengalaman hidup dan mampu menginspirasi dirinya sendiri ketimbang menyerah pada perasaan negatif dan nasib buruknya. Namun, sebagian besar kesuksesannya berkat kegigihannya tersebut.

Gak ada sihir untuk mewujudkan mimpi menjadi nyata, tapi dibutuhkan kerja keras. Kalau begitu, kita petik pelajaran dari kehidupannya, yuk!

1. Pernikahan yang sangat singkat di negara asing

news.sky.com

Seperti yang dilakukan sebagian anak muda, Rowling melakukan perjalanan ke luar negeri diusia pertengahan 20-an hanya untuk merasakan bagaimana menjalani kehidupan di luar negeri. Dia memilih Portugal agar dia bisa mengajar bahasa Inggris di sana dan alasan lain karena dia bisa memiliki waktu yang fleksibel agar bisa menulis dan menjelajahi negara itu.

Pada suatu ketika, Rowling menjalin hubungan dengan Jorge Arantes, pria berusia 23 tahun yang bekerja dalam dunia jurnalisme. Kedekatan mereka terjadi karena kecintaan mereka pada buku dan dunia tulis-menulis, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 1992. Putri mereka yang diberi nama Jessica, lahir pada tahun 1993, namun sayangnya pernikahan mereka gak bertahan lama.

Rowling memutuskan untuk kembali ke Inggris, tapi bukan ke London tempat ia sebelumnya bekerja di berbagai pekerjaan sambilan, tetapi ke Skotlandia tempat saudara perempuannya. Dia menjadi seorang single mother tanpa memiliki pekerjaan apapun.

Hanya ada satu yang dimilikinya, yakni beberapa bab pertama novel Harry Potter. Dia sudah memiliki gagasan cerita itu di kepalanya, dan dia tinggal memetakan plot utama di setiap waktu luangnya. Rowling memang sudah berkeinginan untuk menulis novel sejak usia dini, jadi dia memiliki segudang imajinasi di kepalanya.

Dia sudah merencanakan bahwa akan ada tujuh buku dalam seri Harry Potter tersebut. Sampai akhirnya, selama beberapa tahun berikutnya, Rowling memusatkan sebagian besar energinya untuk menulis buku pertamanya.

2. Pernah bekerja sebagai juru ketik di Gereja Edinburgh

entertainmentrealm.com

Sebelum Rowling menjadi seperti saat ini, ia terpaksa menyita banyak waktunya untuk pekerjaan lain dan gak sempat memiliki waktu untuk menulis. Gak bisa dipungkiri, itu karena dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya bersama dengan putrinya. Dia mengambil pekerjaan klerikal seperti mengetik dan mengarsip di gereja Edinburgh.

Dia merasa gak mampu membiayai keperluan anaknya pada saat itu, yang akhirnya memaksanya untuk menjelaskan situasinya kepada menteri dan diberi izin untuk membawa Jessica bekerja dengannya. Sementara Rowling bekerja, Jessica biasanya tidur di kereta dorongnya. Uang yang diperoleh Rowling semata-mata untuk mencegahnya kehilangan tunjangan dari pemerintah,.

Baca Juga: 10 Fakta Mengejutkan di Balik Kesuksesan J.K. Rowling

3. Meskipun dalam kondisi sulit, Rowling memfokuskan waktu luangnya untuk menulis

gilavalleycentral.ne

Saat Rowling sudah gak lagi terikat dengan pekerjaan apapun, Rowling memutuskan untuk berkonsentrasi menulis Harry Potter. Pilihannya itu membuatnya stres, karena dia gak memiliki masukan. Namun, Rowling sudah bertekad sejak awal kalau ia ingin sekali menjadi seorang penulis.

"Setelah saya tahu apa itu penulis, saya ingin menjadi penulis," tulisnya di situs webnya. "Aku memiliki mental yang sempurna sebagai seorang penulis, merasa sangat bahagia di dalam sebuah ruangan, berimajinasi."

The Elephant House di Edinburgh merupakan saksi biksu di mana dia menghabiskan waktunya untuk menulis sepanjang hari meskipun hanya memesan satu cangkir kopi. 

4. Enam bulan setelah menulis Harry Potter, ibunya meninggal

thisisinsider.com

Ibu J.K. Rowling meninggal karena komplikasi multiple sclerosis di usia 45 tahun, dan saat itu Rowling berusia 25 tahun. Dia dikabari ayahnya tentang kematian ibunya saat ia sedang menulis Harry Potter. Terlepas dari trauma karena kehilangan ibunya di usia muda, Rowling agak menyesal karena ibunya gak pernah tahu kalau dia menulis Harry Potter. Ibunya sebelumnya memang sudah tahu ambisi menulis anaknya itu, namun Rowling gak pernah cerita apa yang sedang dia tulis. 

Dalam sebuah wawancara dengan The Telegraph, Rowling mengungkapkan kenyataan pahit kalau dia selalu teringat dengan ibunya hampir setiap hari, dia merindukan bagaimana ibunya selalu mendengarkan cerita maupun keluh kesah yang dialaminya. Kehilangan ibunya mendorong Rowling untuk mengintegrasikan tema kematian ke dalam Harry Potter. Gak hanya Harry yang kehilangan orang tuanya, tetapi sosok Voldemort yang selalu mengejar keabadian. 

5. Dia mengalami depresi berat dan berniat bunuh diri

closeronline.co.uk

Selama masa-masa paling sulit dalam hidupnya, Rowling mengalami depresi berat. Masa mudanya diwarnai dengan kegagalan pernikahan dan gak bisa menghasilkan cukup uang untuk menghidupi dia dan putrinya. Di koran Sunday Times, Rowling berbagi masa terkelamnya kalau ia pernah berniat untuk bunuh diri. Tapi ketika melihat putri kecilnya, Jessica, pemikiran buruk itu selalu dia buang jauh-jauh. Dia sadar kalau Jessica gak bisa tumbuh dengan seorang ibu yang memiliki kondisi psikis yang buruk, jadi akhirnya dia berkonsultasi dengan konseling profesional agar jiwanya kembali normal.

Sejak menjadi tokoh publik, Rowling sering menceritakan depresi yang dialaminya dan dia gak pernah merasa malu mengenai hal tersebut. "Mengapa harus malu? Saya mengalami masa-masa sulit dan saya cukup bangga bisa keluar dari itu," katanya kepada sebuah majalah mahasiswa di Universitas Edinburgh. Dalam kehidupan Rowling pasca-Harry Potter, dia gak pernah ragu untuk berbagi kisah mengenai perjuangan hidupnya dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama, berjuang tanpa harus putus asa.

6. Harry Potter ditolak banyak penerbit

digital-news.it

Saat naskah Harry Potter and the Philosopher's Stone diselesaikan, Rowling menyerahkannya kepada agen-agen sastra. Jika seorang agen gak mengirimkan kembali kepadanya, dia terpaksa harus mencari yang lain. Tapi bagian terburuknya adalah dia selalu menerima surat penolakan. Kondisi ini bisa saja akhir dari perjalanan hidup Joanne Rowling jika ia menyerah pada titik ini, namun Rowling gak berhenti disitu, ia sudah bekerja keras dan mengorbankan terlalu banyak waktu dan tenaganya untuk menulis novel tersebut.

Dia terus mengirim surat permintaan ke agen, berharap mereka akan tertarik untuk melihat lebih banyak naskah itu. Rowling tetap bersikeras, karena dia tahu ceritanya itu termasuk cerita anak-anak. Dalam sebuah wawancara video di The Elephant House, Rowling menggambarkan Harry Potter sebagai cerita yang sangat klasik. "Novel ini memiliki beberapa elemen klasik, seperti seorang anak kecil yang memiliki kekuatan yang gak dimiliki anak lain, saya pikir itu adalah fantasi yang sangat umum untuk anak-anak. Dia datang dari latar belakang yang buruk, melarikan diri dari keluarga asuhnya, dan saya kira itu adalah fantasi abadi, bisa pergi ke tempat di mana gak ada seseorang yang mengendalikannya." Awalnya Rowling gak kepikiran kalau ceritanya itu akan disukai orang dewasa juga, karena memang awalnya dia menulis novel itu untuk anak-anak.

Menarik juga untuk dicatat, sejak novel Harry Potter terbit, ternyata Rowling juga masih mengalami penolakan, lho. Yakni ketika dia menulis novel thriller dengan nama samaran Robert Galbraith, yang ternyata juga mengalami penolakan dari banyak penerbit. Dia bahkan disarankan untuk mengikuti kursus menulis.

7. Berjuang melewati kegagalan

ted.com

Layaknya kematian, kegagalan merupakan sesuatu yang gak bisa kita kendalikan. Saat J.K. Rowling hidup dalam kemiskinan, dia merasa gagal. Sejak menjadi penulis sukses, Rowling menjelaskan perihal kegagalan yang pernah dialaminya. Pernah berpidato dalam lulusan di Universitas Harvard, Rowling memberikan dorongan kepada mahasiswa yang berhasil lulus dan mengatakan kepada mereka untuk gak takut dengan kegagalan, seberapapun buruknya keadaan mereka, sebab hal itu merupakan kualitas diri.

8. Harry Potter diterbitkan oleh Bloomsbury, dan Rowling disarankan untuk mencari pekerjaan lain

mashable.com

Akhirnya, naskah Harry Potter-nya dilirik oleh seseorang yang berkecimpung di bidang sastra. Christopher Little dari Bloomsbury, yang menerima naskah Harry Potter untuk dipublikasikan. Sebelumnya Rowling juga diberitahu agar gak berharap mendapatkan uang lebih dari penjualan buku, karena literatur yang menyasar anak-anak jarang memberikan keuntungan besar, terutama untuk penulis yang belum dikenal. Editornya bahkan menasihatinya untuk mencari pekerjaan lain karena uang dari penjualan buku pastinya belum tentu cukup untuk menopang kehidupannya.

Namun Rowling gak mengikuti sarannya, dia masih luntang-lantung seperti sebelumnya. Tim editorial juga menyarankannya untuk gak menerbitkan buku tersebut menggunakan namanya, karena penulis wanita biasanya gak begitu populer di kalangan anak laki-laki, yang menjadi target pembaca buku ini. Jadi, Joanne disingkat menjadi "J," dan "K" berasal dari nama neneknya, Kathleen. Jadi yang kita kenal sekarang, J.K. Rowling.

Namun faktanya, Harry Potter terus diproduksi dan diterbitkan di Inggris, bahkan menjadi buku terlaris sepanjang masa, bukunya pun secepat kilat menyebar ke seluruh dunia. Buku itu diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dan Rowling agaknya gak harus mencari pekerjaan lain seperti yang disarankan editornya.

9. Bahkan setelah menerima penghasilan besar, Rowling tetap bekerja keras untuk menghasilkan tulisan

digitalspy.com

Inilah yang patut dicontoh dari J.K. Rowling. Serial Harry Potter menjadi buku terlaris di seluruh dunia, dan akhirnya diadaptasi menjadi seri film yang sangat sukses dan juga membuat karier pemain filmnya melambung tinggi. Serta dibuat juga wahana taman hiburan bertema Harry Potter. Kesuksesan itu pastinya memenuhi aset dan tabungan Rowling. Pada titik ini, banyak orang yang akhirnya khilaf dan langsung merasa puas. Tetapi beda halnya dengan Rowling. Setiap seri buku Harry Potter yang terbit, kualitasnya gak pernah menurun, justru plotnya semakin seru dan selalu ditunggu-tunggu penikmatnya. Meskipun Rowling sudah mencapai puncak tertinggi yang bisa dicapainya, dedikasinya pada dunia tulis-menulis terus ia lanjutkan. 

Rowling mengambil keputusan untuk menulis novel dewasa, The Casual Vacancy yang diterbitkan pada tahun 2012. Kemudian dia juga menulis serangkaian buku kriminal dengan nama Robert Galbraith. Memang sudah jelas, kegiatan menulisnya sudah gak bisa dipisahkan dari kehidupannya. Rowling terlihat sangat menikmatinya.

Baca Juga: Belajar Kegagalan dan Kesuksesan dari J.K Rowling

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya