Seperti permasalahan umum yang didera oleh seniman lain, Nisa pun pernah beberapa kali mengalami art block. Uniknya, caranya mengusir kejenuhan tersebut justru adalah dengan membuat karya seni lain atau sekadar mencari referensi.
"Sebisa mungkin, kegiatan yang jadi pengganti itu masih berkaitan dengan karya seni utamaku," ujarnya.
Selain itu, ia pun mengaku sempat mendapat tekanan dari pihak keluarga atas pilihan hidupnya berkarier di dunia seni. Akan tetapi, stigma itu patah setelah buku pertama Nisa terbit.
"Sekarang sih dukungannya, selama aku masih bisa berkarya, sudah cukup banget kok buat mereka. Dan, aku merasa yang penting aku gak disuruh jadi yang lain," tutur Nisa sambil tertawa renyah.
Perjalanan panjangnya di dunia seni membuahkan beberapa petuah untuk para seniman muda lainnya. "Satu, gak boleh menyerah karena pekerjaan kita itu menuntut kedisiplinan," katanya.
Nasihat lainnya adalah pintar mengatur waktu juga uang. Hal itu tak pernah diajarkan dalam bangku pendidikan formal.
"Terakhir, penting banget nih! Jangan sampai kalau bikin karya tuh, bikin kita susah! Karena nantinya, karya-karya kita jadi muram. Kehidupan sudah muram, jangan sampai karya kita ikutan!" tambahnya.