Arfilla Ahad Dori, founder Parentific. (instagram.com/doripii)
Menariknya, Parentific berkomitmen untuk mengedepankan informasi berbasis ilmu pengetahuan yang telah teruji dan kredibel. Menghindari konten yang tak bertanggung jawab, Dori yang saat ini berprofesi sebagai psikolog, memilih menulis langsung informasi yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, maupun rujukan langsung dari rekan profesinya.
Bukan tanpa sebab, bagi Dori, menyampaikan informasi yang sesuai pendekatan saintifik, akan memberikan edukasi yang lebih komperhensif bagi masyarakat. Untuk membuatnya lebih menarik, Dori tetap menyesuaikan dengan tren yang beredar, mengemasnya dengan grafis yang menarik, dan menyampaikan menggunakan narasi yang ringan.
"Menggunakan pendekatan saintifik, jadi kalau dibilang berbasis sains, iya berbasis hasil-hasil penelitian. Jadi, selama ini aku juga melihat sebenarnya penelitian itu banyak banget tentang parenting, tentang psikologi, tapi kebanyakan mandek di perpustakaan, di library online," jelas Dori.
Parentific juga diharapkan bisa menjembatani pemahaman dari masyarakat awam dengan bukti ilmiah. Missing link itu yang berusaha dijembatani oleh Parentific. Jurnal dan penelitian dinarasikan secara lebih ringan agar bisa diterima oleh individu.
Proses pembuatan konten di Parentific memakan waktu yang lama serta proses yang panjang karena Dori tak ingin pesan yang disampaikan justru menimbulkan kesalah pahaman. "Misalnya, ambil contoh, topik inner child atau topik tes sidik jari. Tes sidik jari itu banyak banget yang request. Waktu itu, terus setelah kita riset, kemudian aku baca penelitian, konsultasi juga ke ahli yang lain, mungkin kakak angkatan, atau rekan sejawat psikolog, terus sempat lakukan riset lapangan juga ke beberapa provider tes sidik jari. Nah, setelah data terkumpul, dituliskan, dan itu memang prosesnya gak simpel," bebernya.
Komitmen tersebut mengorbankan momentum saat sebuah topik ramai dibicarakan. Namun, Dori mengaku tak masalah jika konten yang diunggah terkesan lebih lambat daripada platform lainnya. Ia mengaku tak ingin masyarakat menjadi kian sesat sebab tak jarang, topik yang tengah hype di media sosial sebenarnya tidak memiliki acuan baku atau dasar ilmiah.