Menjadi negara dengan peringkat enam penderita diabetes menurut laporan International Diabetes Foundation pada 2017 tentu bukan kabar baik bagi Indonesia. Angka ini diprediksi terus meningkat tiap tahunnya. Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi jika penderita diabetes di Indonesia berpotensi mencapai 30 juta orang pada 2030 jika masyarakat tidak segara mengubah gaya hidup.
Tantangan ini memang cukup berat mengingat tingkat konsumsi gula masyarakat yang masih tinggi. Apalagi, mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi yang mengandung banyak sekali kandungan gula. Inilah mengapa diabetes menjadi momok serius yang mengintai masyarakat Indonesia sejak lama.
Mirisnya, peningkatan risiko penderita diabetes tak hanya terjadi kepada kalangan masyarakat dewasa. Anak-anak pun makin rentan terserang penyakit tak menular satu ini. Pada rilis Juli 2023, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) turut menyebut jika Indonesia telah memasuki fase darurat diabetes. Diabetes melitus sendiri menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia, hanya kalah dari penyakit hipertensi.
Beruntungnya, salah seorang pemuda Indonesia melihat situasi penyakit diabetes ini sebagai ancaman serius bangsa yang mendorongnya menghadirkan solusi nyata yang dekat dengan masyarakat penderita. Ia adalah seorang Master of Nursing dari Diabetes Management and Education, Universitas Flinders, Australia, Ahmad Hasyim Wibisono, CEO Pedis Care yang memberikan pelayanan terpadu bagi para penderita diabetes, khususnya penderita dengan kondisi parah. Kegelisahan menjadi motor utama yang menggerakkan nuraninya. Ketika masih mengampu pendidikan profesi medio 2008 silam, ia melihat terlalu banyak pasien diabetes yang tertangani dengan baik sehingga mesti berakhir di meja operasi untuk amputasi.