Ayat tentang Halal Bihalal, Mempererat Silaturahmi!

Halal bihalal merupakan tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat muslim di Indonesia. Orang-orang saling bertukar maaf atas segala kesalahan, menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri, dan mempererat tali silaturahmi.
Dilansir NU Online, istilah ini memang spesifik bagi budaya Indonesia. Meskipun kata "halal bihalal" berasal dari bahasa Arab, namun tidak dimengerti oleh orang Arab karena konsep ini hanya dikenal di Indonesia. Untuk mengetahui lebih dalam landasan Al-Qur'an yang menjelaskan tentang halal bihalal, langsung cari tahu lewat artikel berikut ini, yuk!
1. Asal usul istilah halal bihalal
Meskipun berasal dari bahasa Arab, "halal bihalal" merupakan hasil kreasi dari budaya Indonesia sejak lama. Dillansir NU Online, istilah ini pertama kali muncul secara historis dan filosofis oleh salah satu Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Abdul Wahab Chasbullah, sebagai respons terhadap situasi konflik saudara yang melanda bangsa Indonesia pada saat itu.
Dalam upaya menciptakan kedamaian dan persatuan, beliau menyajikan konsep yang menarik, dengan harapan agar masyarakat mau berkumpul dan bersatu dalam semangat maaf-memaafkan. Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah "halal bihalal," Pakar Tafsir Al-Qur’an Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya "Membumikan Al-Qur’an" (1999) memberikan penjelasan yang mendalam.
Dalam konteks hukum fiqih memperbolehkan tindakan yang sebelumnya dianggap berdosa, dengan syarat saling memaafkan. Secara linguistik, "halal" mengandung makna menyelesaikan konflik atau kesulitan, sementara dari segi Qur’ani, "halal bihalal" menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan merupakan yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Secara etimologis, "halal" merupakan antonim dari "haram".
Sedangkan, dalam konteks hukum, "halal bihalal" memberikan kesan bahwa tindakan tersebut akan menghapus dosa yang dilakukan oleh seseorang. Dengan demikian, secara hukum, "halal bi halal" memperkenankan tindakan yang sebelumnya dianggap haram atau berdosa. Namun, hal ini harus didukung oleh sikap saling memaafkan dengan tulus.