Kita mungkin bisa terbilang cukup beruntung, karena kehidupan kita ditunjang dengan fasilitas yang cukup memadai sejak kecil. Sebab, di banyak daerah pelosok di Indonesia, tak semua anak bisa mendapatkan fasilitas—kesehatan, keamanan, bahkan hingga pendidikan—yang layak. Bahkan, sebagian dari mereka menganggap kegiatan membaca buku sebagai kegiatan yang mahal, tak terjangkau.
Berkaca dari pengalamannya saat menjalani masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) di bangku kuliah, Indira Nurul Qomariah pun mencoba untuk melanjutkan baktinya tersebut sekembalinya ke Pulau Jawa. Bersama temannya, ia pun merintis program Buku Anak Indonesia.
“Di daerah tugasku, Sabang, anak-anak kecil di sana sebenarnya semangat untuk belajar, terutama belajar membaca. Mereka senang dengan bacaan seperti dongeng, misalnya. Sayang, semangat tersebut tak diimbangi dengan banyaknya bahan bacaan yang sesuai. Buku yang ada di perpustakaan sekolah terlalu berat untuk anak-anak, seperti arsitekturm budidaya ikan lele, dll,” ujar gadis lulusan Universitas Sebelas Maret ini.
Bagi Indira, buku merupakan medium paling tepat untuk membuka cakrawala pengetahuan anak-anak akan dunia dan ilmu pengetahuan. Dari buku, sang anak bisa belajar akan banyak hal di luar kesehariannya, tanpa harus pergi langsung ke tempat-tempat tersebut. Melalui buku, seorang anak bisa meningkatkan taraf hidup dengan ilmu yang dipelajari.