Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi beauty movement
Ilustrasi beauty movement (pexels.com/Jonatan Galvis)

Intinya sih...

  • Beauty movement 2025 fokus pada inklusivitas, skin positivity, clean beauty, conscious beauty, sustainable beauty, dan slow beauty.

  • Inclusive beauty mempengaruhi pasar global secara signifikan dengan menciptakan shades untuk semua warna kulit.

  • Skin positivity mengajarkan penerimaan diri dan Rare Beauty mendapat sorotan atas dukungannya terhadap kesehatan mental.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi industri kecantikan dengan hadirnya berbagai beauty movement yang semakin kuat dan berpengaruh. Tren kecantikan tidak lagi sekadar soal penampilan, melainkan pergerakan yang mendorong nilai-nilai baru, seperti inklusivitas yang merangkul semua warna kulit, komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, dan meningkatnya kesadaran akan clean beauty yang mengutamakan transparansi bahan.

Perubahan ini menunjukkan bahwa konsumen kini semakin cerdas dan kritis dalam memilih produk, serta lebih bertanggung jawab, tak hanya sekedar gaya hidup. Lalu, apa saja beauty movement yang mendominasi sepanjang tahun 2025? Simak ulasannya di sini!

1. Diversity dan inclusive beauty

Ilustrasi beauty movement (pexels.com/Angela Roma)

Tahun 2025 jadi era di mana industri kecantikan fokus pada produk-produk yang dapat digunakan seluruh warna kulit. Secara global, gerakan inclusive beauty ini dipelopori oleh Fenty Beauty, brand kecantikan milik penyanyi Rihanna, yang sukses menciptakan lebih dari 50 pilihan shades untuk setiap warna kulit.

Tidak hanya sebuah gerakan, inclusive dan diversity beauty ini mempengaruhi pasar global secara signifikan, tak terkecuali Indonesia. Berbagai brand kecantikan lokal pun turut menciptakan rangkaian shades yang mewakili warna kulit perempuan Indonesia, sebut saja Make Over, Wardah, Dear Me Beauty, hingga Somethinc.

Beauty movement ini nyatanya juga benar-benar meningkatkan perhatian konsumen terhadap keberagaman. Menurut laporan McKinsey yang bertajuk "The beauty market in 2023: A special State of Fashion report", 45 persen gen Z dan 50 persen milenial mengatakan mereka akan berhenti menggunakan suatu brand, jika brand tersebut tidak inklusif atau bertanggung jawab secara sosial.

2. Skin positivity

Ilustrasi beauty movement (pexels.com/Antonius Ferret)

Beauty movement yang banyak digaungkan di 2025 lainnya ialah skin positivity. Sejalan dengan body positivity, gerakan kini mengajarkan penerimaan diri (self-acceptance), yang berangkat dari insecurities, lalu pada akhirnya merayakan keaslian kulit.

Misalnya, masalah jerawat dapat membuat minder dan mengurangi rasa percaya diri, hingga penarikan diri dari lingkungan sosial. Bahkan, jerawat bisa lebih dari sekedar masalah kulit, melainkan memengaruhi kesehatan mental seseorang.

"Sifat jerawat yang tak terduga seringkali menyebabkan hilangnya kendali atas penampilan seseorang. Tekanan media sosial semakin memperparah perasaan tidak mampu dan terisolasi," kata dokter kulit bersertifikat, Dr. Madhuri Agarwal, dikutip laman The Established.

Di 2025, Rare Beauty milik selebriti Selena Gomez mendapat sorotan atas dukungannya terhadap kesehatan mental. Gerakan ini mendapat atensi positif karena mengusung self-acceptance yang meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan diri.

Skin positivity menormalisasi berbagai kondisi kulit, mulai dari kulit bertekstur, jerawat, bekas luka, maupun flek. Kemasan produk Rare Beauty juga dinilai disability friendly sebagai bagian dari kampanye inclusive beauty yang juga merupakan visi brand.

3. Clean beauty

Ilustrasi beauty movement (pexels.com/SHVETS production)

Clean beauty merupakan sebuah gerakan di industri kecantikan yang masih populer di tahun 2025. Istilah ini berfokus pada penggunaan produk-produk yang terbuat dari bahan-bahan yang aman, tidak beracun, dan ramah lingkungan.

"Clean beauty adalah sebuah gerakan untuk memiliki produk perawatan kulit yang bebas dari zat beracun dan lebih banyak menggunakan produk alami untuk membantu kulit," ujar Dr. John Burroughs, ahli bedah plastik bersertifikat, dikutip laman Skincare.

Clean beauty mengutamakan produk kecantikan yang bersih, bebas dari bahan kimia berbahaya seperti paraben, sulfat, dan pewangi sintetis. Gerakan ini juga mendorong brand kecantikan untuk transparan mengenai bahan-bahan yang digunakan. Setiap kemasan produk kecantikan saat ini selalu mencantumkan bahan utama di depan kemasan, bahkan menjadi judul produk.

4. Conscious beauty

Ilustrasi beauty movement (pexels.com/RDNE Stock project)

Istilah conscious beauty semakin populer di tahun 2025, seiring dengan pertumbuhan kesadaran konsumen dan dampak menyeluruh (holistic awareness), pada pemakaian produk-produk kecantikan. Conscious beauty membuat kita menjadi lebih terdidik dan membuat pilihan yang lebih disengaja (mindful choices).

"Masa depan industri kecantikan adalah mempromosikan konsumsi yang penuh kesadaran, berfokus pada nilai-nilai superficial beauty, dan meningkatkan kesehatan mental melalui kesadaran akan dampak pembelian," ujar Andrea Endres, seorang fasilitator holistic skincare, dikutip dari laman Beauty Matter.

Dengan kata lain, gerakan ini menekankan edukasi konsumen agar tahu apa yang mereka beli. Konsumen memilih produk yang diproduksi secara bertanggung jawab, termasuk merek yang fokus pada etika produksi. Salah satu brand lokal yang mendukung conscious beauty adalah milik penyanyi Raisa, Raine Beauty.

5. Sustainable beauty

Ilustrasi beauty movement (pexels.com/SHVETS production)

Sustainable beauty juga menjadi perhatian dari tahun ke tahun, tak terkecuali di 2025. Sederhananya, sustainable beauty berfokus pada produk yang baik untuk planet dan kesehatan konsumen. 

Biasanya, gerakan ini ditandai dengan kemasan ramah lingkungan untuk produk kecantikan berkelanjutan, hingga memproduksi kemasan isi ulang. Cara konsumen membuang sampah skincare juga menjadi bagian dari efek gerakan ini.

"Cara kita membuang barang saat sudah tidak berguna sama pentingnya dengan bagaimana saat kita mendapatkan produk baru," jelas Ashlee Piper, pakar gaya hidup ramah lingkungan dan penulis, dikutip dari Vogue.

Sustainable beauty semakin dikampanyekan seiring dengan perubahan iklim, produksi bahan kimia beracun, dan krisis limbah global yang semakin cepat. Beberapa brand lokal berkomitmen dalam kampanye sustainable beauty, mulai dari Avoskin, Sensatia Botanicals, NPURE, Skin Game, From This Island, hingga Oasea Laboratories.

6. Slow beauty

Ilustrasi beauty movement (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Masih dalam tema senada, Slow Beauty jadi perbincangan di tahun 2025, mengikuti perkembangan slow fashion, slow food, maupun slow fragrance. Gerakan ini menjadi respons atas kegelisahan dunia serba cepat seperti fast fashion hingga fast food, yang tidak ramah lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan.

Gerakan slow beauty mendorong kita untuk memperlambat langkah, mengembangkan perawatan diri, dan meluangkan waktu untuk mengevaluasi bagaimana produk kecantikan berdampak pada planet dan manusia.

Ini menjadi proses perawatan yang mindful, alami, dan tidak terburu-buru, alias fokus pada produk-produk penting dan yang benar-benar cocok untuk jenis kulit. Ini menjadi metode yang lebih baik daripada menjalani rutinitas perawatan kulit sepuluh langkah yang mahal. Di Indonesia sendiri, beberapa brand mengusung konsep ini, seperti MOIN, Nama Beauty, dan Krave Beauty.

Beauty movement 2025 bergeser ke arah kepedulian terhadap kemanusiaan dan alam. Tak melulu mengikuti tren, beauty movement tahun ini membuat kita lebih sadar serta bertanggung jawab dalam pembelian, dan menggunakan produk kecantikan. So, gerakan mana yang kamu sudah aplikasikan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team