Beda Jalani Puasa di Perantauan vs. Kampung Halaman

Ramadan menjadi momen yang paling ditunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Termasuk para perantau yang sedang menempuh pendidikan atau bekerja. Ini dialami sendiri oleh penulis. Ini menjadi tahun keempat penulis hidup di tanah perantauan. Lebih dari tiga tahun di Bali, kemudian dua bulan belakangan berpindah ke Surabaya.
Rasanya banyak perbedaan yang mencolok ketika harus menjalani puasa di tanah rantauan dibandingkan di kampung rumah sendiri. Kamu yang pernah atau sedang merantau, pasti paham betul apa yang penulis rasakan, seperti berikut ini:
Mencari menu buka dan sahur sendiri.
Ini nasib 'tragis' bagi para perantau, apalagi yang lagi jomblo. Sudah jauh dari rumah, tidak ada yang mau menemani atau membuatkan menu berbuka dan sahur selama di tanah rantauan. Pokoknya semua serba sendiri.
Coba bandingkan sama mereka yang merantau bersama istri atau pacar. Tidak perlu repot mau mencari makanan untuk memenuhi gizinya sendiri. Mereka mungkin tidak lagi memikirkan kampung halamannya.