Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kegiatan anak-anak di Rumah Literasi Indonesia, Banyuwangi. (Instagram.com/rumahliterasiindonesia)

Sekelompok anak tertawa riang di halaman lapang. Masing-masing memegang selendang panjang yang berkibar di belakang tubuhnya. Masker yang digunakan sudah melorot sampai ke dagu. Mereka berlarian sambil mengejar selendang satu sama lain. Berusaha menangkap "ekor emas" agar menang.

Anak-anak ini adalah warga Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Mereka sedang asyik bermain di tanah lapang, depan Rumah Literasi Indonesia. Permainan  Ekor Emas adalah salah satu program Rumah Literasi Indonesia untuk memberikan edukasi tentang kehidupan kepada anak-anak desa ini.

Selain permainan, Rumah Literasi Indonesia sejatinya adalah gerakan edukasi masyarakat desa berbasis literasi. Gerakan yang digagas oleh Tunggul Harwanto dan kawan-kawannya ini berupaya memanfaatkan potensi desa untuk menyebarkan kepedulian literasi terutama untuk generasi muda. Rumah Literasi Indonesia yang berawal dari Banyuwangi kini memiliki jejaring hingga ke berbagai daerah di Indonesia untuk menyebarkan semangat pendidikan dan literasi.

1. Pemuda Desa Ketapang memiliki keresahan mengenai permasalahan sosial di sekitar

Kegiatan anak-anak di Rumah Literasi Indonesia, Banyuwangi. (Instagram.com/rumahliterasiindonesia)

Tunggul bercerita, Rumah Literasi Indonesia berawal dari keresahan para pemuda asli Desa Ketapang. Saat itu, pemuda-pemudi ini merasa bahwa akses pendidikan kepada anak-anak desa masih belum terbuka luas. Buku-buku bacaan masih terbatas. Cita-cita seakan terpangkas. Anak-anak ini membutuhkan bantuan agar bisa melihat dunia dengan lebih bebas.

Pada tahun 2014, Tunggul menyebutkan ada beberapa masalah sosial yang terjadi di desa tersebut. Pertama, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak cukup tinggi. Pernikahan anak juga menjadi jawaban atas terbatasnya akses pendidikan. Belum pula kasus penyalahgunaan narkoba oleh ramaja.

"Wah ini gak bisa dibiarin ini. Kita perlu campaign agar anak-anak ini gak begini lagi," ujar Tunggul saat dihubungi penulis, Sabtu (20/11/2021).

Tunggul yang saat itu merupakan perantau melihat bahwa masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat setempat berasal dari satu akar, yaitu pendidikan. Akhirnya, ia bersama 4 pemuda asli desa itu membentuk gerakan kerelawanan di bidang literasi yaitu Rumah Literasi Indonesia.

"Anak-anak mudanya tidak punya ruang berekspresi. Kegiatannya paling sering, ya, nongkrong gak punya misi. Nongkrong gak jelas ini membuka peluang penyalahgunaan narkoba," terang Tunggul.

2. Gagas Desa Ketapang menjadi Desa Literasi

Editorial Team

Tonton lebih seru di