Elmi dalam salah satu acara GARAMIN (dok. pribadi/Elmi Sumarni)
GARAMIN terbentuk tak lama sebelum masa pandemik COVID-19 melanda Indonesia. Saat itu, Elmi dan teman-teman sedang ke Sumba Timur dan Barat untuk membangun relasi dengan pemerintah dan LSM. Ketika kembali ke NTT, pandemik sedang berlangsung.
Meski awalnya mengaku kebingungan ingin melakukan apa untuk GARAMIN, akhirnya hadirlah kegiatan pertama di masa pandemik berupa webinar. Bertajuk "Di manakah Penyandang Disabilitas Berada saat COVID Melanda NTT," webinar ini dihadiri pemerintah, teman-teman difabel, dan LSM.
Gak hanya itu, Elmi bersama GARAMIN juga menginisiasi vaksinasi COVID-19. Kebetulan, Elmi yang menjadi koordinasi vaksinasi pada saat itu. Bersama GARAMIN, Elmi membantu dari segi administrasi, seperti surat yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi.
Salah satu hambatan ketika pendampingan vaksinasi adalah adanya penyandang difabel yang belum punya Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Kebanyakan yang tidak punya keduanya adalah penyandang difabel mental.
"Butuh perjuangan untuk mensosialiasaikan vaksinasi pada mereka. Pelan-pelan memberitahu kalau vaksinasi itu tidak berbahaya, tapi justru membantu kita," jelas Elmi.
Selain vaksinasi, GARAMIN juga mengejarkan cara mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer, dan memakai masker dengan benar. Semua dilakukan demi kesehatan dan keselamatan teman-teman difabel selama hidup di tengah masa pandemik COVID-19.
Kiprah Elmi bersama GARAMIN demi mendapatkan hak dan kesetaraan untuk teman-teman difabel patut diapresiasi. Kontribusi positifnya sangat nyata dan membawa dampak baik bagi banyak orang. Kini saatnya kita sebagai generasi muda merangkul sesama tanpa memandang adanya perbedaan yang berarti.