Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pixabay/B_Me

Dalam beberapa hari terakhir, penataan jalur pedestrian di ibukota Jakarta menjadi topik perbincangan hangat. Rencana Gubernur Anies Baswedan menata trotoar menuai reaksi beragam. Bahkan ada warga yang menilai penataan fasilitas bagi pejalan kaki itu malah menambah kemacetan lalu lintas.

Padahal pemerintah kota sudah mengupayakan perbaikan infrastruktur seperti menambah lebar trotoar dan menanam pepohonan agar lebih teduh. Namun, tetap saja upaya peningkatan itu tidak sepenuhnya mendapat tanggapan positif.

Jika kita mau belajar dari laku pejalan kaki di Jepang, sepertinya urusan infrastruktur bukan merupakan faktor utama yang mendorong mereka rela berjalan kaki di trotoar.

1. Tidak banyak alternatif transportasi umum

Pixabay/Merdanata

Kalau di sejumlah kota besar Indonesia memiliki ojek online sebagai alternatif transportasi warga, tidak demikian halnya dengan Jepang yang hanya mengandalkan bus dan kereta sebagai transportasi umum. Adapun taksi di Negeri Sakura hanya berguna bagi karyawan berdompet tebal karena tarifnya yang mahal.

Dalam kondisi itu, banyak warga Jepang memilih berjalan kaki untuk menjalani aktivitas hariannya. Para pedestrian itu juga harus membagi lajur trotoar dengan mereka yang memilih mengendarai sepeda untuk mencapai lokasi tujuan.

2. Tingkat keamanan yang tinggi; tidak ada begal dan copet

Editorial Team

Tonton lebih seru di