Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bicara (pexels.com/Antoni Shkraba)

Menghadapi konflik atau konfrontasi kerap menjadi hal yang menakutkan bagi banyak orang. Rasa takut untuk bersuara atau menyatakan pendapat bisa membuatmu memilih untuk diam dan menghindari masalah. Padahal, kalau dibiarkan terus-menerus, konflik yang gak terselesaikan justru dapat memperburuk situasi, lho.

Baik itu di tempat kerja, dalam hubungan, atau dalam lingkaran sosial, konfrontasi yang sehat bisa menjadi cara efektif untuk menyelesaikan masalah. Jika kamu merasa sulit untuk berani menghadapi konflik, berikut enam tips yang bisa membantumu mengatasi rasa takut tersebut dan menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi konfrontasi.

1. Pahami risikonya jika terus-terusan jadi orang yang terlalu penurut

ilustrasi bicara dengan rekan kerja (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Kalau kamu selalu menghindari konfrontasi, besar kemungkinan kamu berperilaku seperti seorang yang terlalu penurut atau ‘people pleaser’. Mungkin kamu berpikir bahwa dengan bersikap demikian bisa menjaga kedamaian atau menghindari masalah lebih lanjut. Tapi kenyataannya hal ini justru bisa membuatmu merasa gak dihargai dan tertekan.

Cobalah untuk menuliskan dampak negatif yang dirasakan saat kamu memilih diam, seperti perasaan stres setelah bekerja atau rusaknya hubungan dengan orang terdekat karena kamu terus membiarkan mereka menyakiti perasaanmu. Dengan memahami masalah ini, kamu akan lebih termotivasi untuk berubah dan berani mengungkapkan pendapat.

2. Tulis apa yang bisa kamu dapatkan jika berani bersuara

ilustrasi menulis (unsplash.com/Nik Shuliahin)

Sama pentingnya, buatlah daftar tentang apa yang bisa kamu dapat jika berani menghadapi konflik. Bayangkan, mungkin hubunganmu dengan orang lain akan lebih baik, masalahmu akan segera teratasi, dan kamu pun bisa merasa lebih bahagia karena gak lagi menyimpan unek-unek.

Lebih spesifik lagi, tuliskan hal-hal positif yang mungkin akan terjadi jika kamu berbicara, misalnya, rekan kerja yang akhirnya bisa memahami batasanmu, atau teman yang lebih menghargai perasaanmu. Setiap kali kamu merasa takut untuk berbicara, baca kembali daftar ini untuk mengingatkan diri bahwa ada banyak hal baik yang bisa kamu capai.

3. Tinjau kembali anggapanmu tentang konfrontasi

ilustrasi berpikir (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Sering kali ketakutan terhadap konfrontasi muncul karena anggapan yang salah. Mungkin kamu berpikir bahwa konfrontasi itu selalu buruk, atau bahwa mengungkapkan ketidaksetujuan akan merusak hubungan. Cobalah untuk meninjau kembali pemikiran ini.

Konfrontasi sebenarnya adalah hal yang sehat, lho, asalkan dilakukan dengan cara yang baik. Menyatakan pendapat gak selalu berujung pada konflik besar, malah bisa memperbaiki hubungan dan menyelesaikan masalah yang selama ini dibiarkan mengambang. Jadi, jangan takut untuk memeriksa kembali persepsimu tentang konfrontasi dan mulai melihatnya sebagai kesempatan untuk membangun komunikasi yang lebih baik.

4. Mulailah dengan satu masalah kecil terlebih dahulu

ilustrasi bicara dengan rekan kerja (pexels.com/fauxels)

Bila kamu merasa terlalu takut untuk menghadapi konflik besar, cobalah untuk mulai dari hal yang kecil. Misalnya, jika ada seseorang di kantor yang sering membuatmu kesal, pilihlah satu masalah yang paling ringan untuk dihadapi lebih dulu. Jangan langsung menghadapi masalah besar atau mengeluh tentang banyak hal sekaligus.

Fokuslah pada satu hal kecil dan lihat bagaimana reaksi mereka. Kalau kamu cenderung menghindari konfrontasi dengan semua orang, cobalah untuk mulai dengan seseorang yang kamu percaya, seperti teman dekat atau anggota keluarga. Ini akan membantumu merasa lebih percaya diri dan terlatih dalam menghadapi situasi yang lebih sulit di masa depan.

5. Gunakan pernyataan "Saya" dan tetap bersikap tenang

ilustrasi teman ngobrol (pexels.com/Antoni Shkraba)

Komunikasi yang baik selalu diawali dengan pernyataan “Saya”. Daripada menyalahkan orang lain dengan berkata, “Kamu selalu terlambat dan gak menghormati waktu,” cobalah untuk mengatakan, “Saya merasa terganggu ketika kamu datang terlambat, dan ini membuat saya jadi gak nyaman.” Dengan menggunakan pernyataan seperti ini, kamu menyampaikan perasaanmu tanpa terdengar menyerang.

Jangan lupa untuk menjaga ketenanganmu. Bernapas dalam-dalam dan hindari membiarkan emosi seperti kemarahan mengambil alih pembicaraan. Tujuanmu adalah untuk menjadi asertif, bukan agresif. Walaupun orang lain mungkin bereaksi negatif, tetap tenang dan fokus pada apa yang ingin kamu sampaikan.

6. Terus berlatih, yang penting konsistensi

ilustrasi percaya diri (pexels.com/Amie Roussel)

Menghadapi konfrontasi bukanlah sesuatu yang bisa langsung dikuasai. Dibutuhkan latihan yang konsisten untuk bisa menghadapinya dengan percaya diri. Ingat bahwa setiap orang memiliki cara berbeda dalam menyampaikan pendapat, dan gak semua situasi memerlukan pendekatan yang sama.

Semakin sering kamu berlatih menghadapi situasi sulit, semakin mudah bagimu untuk menyampaikan apa yang kamu pikirkan dan rasakan. Anggap ini sebagai proses yang terus berkembang. Beranilah untuk mencoba, karena setiap langkah kecil yang kamu ambil akan membuatmu semakin dekat dengan kemampuan untuk mengatasi rasa takut terhadap konfrontasi.

Menghadapi konflik dan berani untuk bersuara memang membutuhkan keberanian, tapi itu adalah keterampilan yang bisa kamu latih dan kembangkan. Dengan memahami dampak negatif dari menghindari konfrontasi dan belajar untuk melihat sisi positifnya, kamu akan lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat.

Ingat, konfrontasi yang dilakukan dengan baik dapat memperbaiki hubungan dan menyelesaikan masalah yang selama ini membuatmu stres. Jadi, jangan takut untuk memulai dari langkah kecil dan terus berlatih, karena semakin sering kamu melakukannya, semakin mudah menghadapi konflik di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorL A L A .