5 Cara Menghadapi Teman yang Suka Flexing Tanpa Menyulut Drama

Semua orang pasti punya teman yang gemar membicarakan pencapaian yang diraih atau barang-barang mahal yang dimiliki. Mungkin niat mereka hanya berbagi kebahagiaan, tapi kadang caranya terasa seperti pamer. Fenomena ini sering disebut flexing, dan kalau tidak ditanggapi dengan bijak, bisa memicu rasa iri, kesal, atau bahkan konflik.
Namun, menghadapi teman seperti ini tidak perlu dengan konfrontasi yang malah membuat suasana jadi tidak nyaman. Ada cara yang lebih halus dan elegan untuk menyikapi mereka tanpa menimbulkan drama. Berikut adalah lima tips untuk menghadapi teman yang suka flexing, sambil tetap menjaga hubungan pertemanan.
1. Dengarkan dengan tulus
Kadang, teman yang suka flexing hanya butuh didengarkan. Mereka mungkin merasa senang bisa menceritakan keberhasilan atau barang-barang baru mereka kepada seseorang. Jadi, cobalah untuk mendengarkan dengan tulus, tapi pastikan kamu tidak terlalu terlarut dalam cerita mereka.
Jangan sampai kamu malah merasa kecil hati atau iri karena mendengar pencapaian mereka. Ingat, keberhasilan seseorang tidak mengurangi nilai dirimu. Dengarkan cerita mereka sebagai bentuk menghargai, namun tetap pertahankan fokus pada kehidupanmu sendiri.
2. Ubah topik pembicaraan dengan halus
Jika temanmu mulai terlalu sering memamerkan barang atau pencapaiannya, kamu bisa mencoba mengarahkan pembicaraan ke topik lain. Misalnya, jika mereka membahas barang mahal yang baru dibeli, kamu bisa bertanya soal pengalaman mereka saat mendapatkannya atau rencana mereka ke depan.
Contoh, ketika mereka membicarakan mobil baru mereka, kamu bisa berkata, "Wah, keren banget! Eh, ngomong-ngomong, ada rencana liburan gak? Mungkin seru kalau sekalian dipakai buat road trip." Dengan cara ini, kamu tetap menghargai cerita mereka tanpa terus-menerus mendengarkan flexingnya.
3. Jangan ikutan flexing
Menghadapi teman yang suka flexing bukan berarti kamu harus ikut-ikutan pamer. Balas flexing hanya akan membuat situasi semakin tidak nyaman, bahkan bisa memicu persaingan yang gak perlu.
Sebaliknya, fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting bagimu. Jika temanmu membicarakan keberhasilannya, kamu tidak perlu merasa terintimidasi atau membalas dengan cerita tentang pencapaianmu. Percayalah, kerendahan hati justru membuatmu terlihat lebih dewasa dan bijaksana.
4. Apresiasi, tapi jangan berlebihan
Tidak ada salahnya memberikan dukungan pada teman yang suka flexing, terutama jika mereka benar-benar telah bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Namun, jika mereka mulai pamer berlebihan atau merendahkan orang lain, kamu harus berani menegur dengan cara yang santun.
Misalnya, jika temanmu berkata, "Aku sih gak mungkin pakai barang murah kayak itu," kamu bisa merespons dengan, "Semua orang punya prioritas yang berbeda, kok. Yang penting nyaman buat masing-masing, kan?" Respon seperti ini cukup tegas tapi tetap tidak memicu konflik.
5. Fokus pada hal positif dalam pertemanan
Daripada terus merasa kesal karena kebiasaan flexing temanmu, cobalah fokus pada sisi positif dari hubungan kalian. Ingat alasan kenapa kamu berteman dengan mereka, seperti kesamaan hobi, momen-momen seru yang kalian lewati bersama, atau sifat baik mereka di luar kebiasaan flexing.
Dengan fokus pada hal positif, kamu bisa lebih sabar menghadapi kebiasaan pamer mereka. Jika mereka merasa kamu tulus berteman, mungkin mereka juga akan lebih sadar untuk mengurangi kebiasaan flexing agar tidak membuatmu merasa tidak nyaman.
Menghadapi teman yang suka flexing memang bisa nyebelin, tapi bukan berarti kamu harus memutus hubungan begitu saja. Dengan mendengarkan, mengubah topik, hingga bersikap tegas saat diperlukan, kamu bisa menjaga hubungan tetap harmonis tanpa perlu menyulut drama.
Ingat, setiap orang memiliki cara berbeda untuk menunjukkan kebahagiaan. Daripada menghakimi, cobalah untuk memahami mereka dengan empati. Siapa tahu, perhatian dan pengertianmu justru bisa membantu mereka mengurangi kebiasaan flexing secara perlahan.