Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berbelanja barang (pexels.com/shkrabaanthony)
ilustrasi berbelanja barang (pexels.com/shkrabaanthony)

Intinya sih...

  • Klaim ramah lingkungan yang ambigu dan gak jelas, tanpa bukti konkret

  • Desain atau visualiasi kemasan yang menyesatkan dengan menggunakan warna hijau atau dedaunan

  • Perusahaan kurang transparansi dalam memberikan informasi tentang aspek negatif pada produk, harga terlalu murah patut dicurigai

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu mendengar istilah greenwashing? Greenwashing adalah strategi pemasaran untuk menampilkan produk yang ramah lingkungan. Sayangnya strategi greenwashing gak benar-benar membuktikan bahwa sebuah produk ramah lingkungan.

Greenwashing hanyalah klaim ramah lingkungan yang palsu dan digunakan untuk menarik konsumen yang peduli pada isu ekologi. Produk yang terindikasi greenwashing bisa sulit dibedakan dengan produk yang benar-benar organik dan ramah lingkungan. Berikut ciri untuk mengenali produk greenwashing.

1. Klaim ramah lingkungan yang ambigu dan gak jelas

ilustrasi produk botol air mineral (freepik.com/freepik)

Klaim yang ambigu dipakai untuk membuat konsumen mengira bahwa sebuah produk terkesan ramah lingkungan. Klaim ini gak diiringi dengan bukti dan informasi konkret, disematkan dengan kata-kata senada 'alami', 'biodegradable', 'hijau', atau 'sustainable'.

Contohnya bila ada klaim ramah lingkungan atau eco-friendly pada produk air minum dalam kemasan botol plastik. Klaim ramah lingkungan terlalu luas. apakah material plastik berasal dari proses daur ulang? Apakah proses pembuatannya rendah emisi karbon.

Klaim dengan istilah-istilah ramah lingkungan tanpa penjelasan lebih lanjut tanpa bukti, maka produk tersebut bisa dikatakan greenwashing. Sebagai konsumen, jangan mudah percaya dan tergoda untuk membeli produk-produk dengan klaim yang ambigu dan kurang jelas.

2. Desain atau visualiasi kemasan yang menyesatkan

ilustrasi produk kopi dalam kemasan (pexels.com/cottonbro)

Produk greenwashing akan memainkan desain dari kemasan untuk memengaruhi persepsi konsumen. Misalnya dengan menambahkan warna hijau atau dedaunan untuk menambahkan kesan bahwa produk yang mereka jual adalah ramah lingkungan.

Contohnya pada deterjen yang terbuat dari bahan kimia. Untuk menampilkan kesan hijau dan ramah lingkungan, maka ditambahkan gambar dengan motif alam dan pepohonan. Contoh lainnya, pada iklan sebuah mobil SUV yang menyusuri jalanan pegunungan yang asri. Iklan ini menampilkan koneksi positif terhadap alam, tetapi mesin dari mobil SUV tersebut menghasilkan banyak karbon dan berdampak negatif pada lingkungan.

Meskipun desain dan iklan yang ditampilkan adalah hal yang legal, tetapi bisa digolongkan greenwashing. Iklan atau kemasan didesain untuk menampilkan citra positif agar konsumen mau membeli produk tersebut.

3. Perusahaan kurang transparansi dalam memberikan informasi

ilustrasi berbelanja pakaian (pexels.com/arina-krasnikova)

Transparansi sebuah produk adalah kunci agar sebuah produk dianggap benar-benar ramah lingkungan. Perusahaan yang benar-benar memproduksi barang-barang ramah lingkungan akan menyampaikan informasi tentang bahan baku dan proses pembuatan sebuah produk dengan jelas dan terperinci.

Berbanding terbalik dengan perusahaan yang melakukan greenwashing. Selain membuat klaim yang ambigu, mereka menyembunyikan informasi tentang aspek-aspek negatif pada produk. Dan hanya menonjolkan satu aspek positifnya saja.

Contohnya, perusahaan garmen atau tekstil yang mengklaim kapas organik sebagai bahan baku pakaian. Namun, mereka gak menjelaskan lebih lanjut seberapa besar persentasi penggunaan kapas organik dan apakah pada proses pembuatannya menghindari pewarna dan bahan kimia.

4. Harga yang terlalu murah

ilustrasi berbelanja di supermarket (pexels.com/hobiindustri)

Produk yang diklaim ramah lingkungan dan dijual di bawah harga rata-rata produk sejenisnya, patut dicurigai kalau produk tersebut melakukan greenwashing. Sebagian besar produk ramah lingkungan dan berkelanjutan cenderung memiliki biaya produksi yang tinggi.

Mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi yang berkelanjutan, praktik tenaga kerja yang etis, hingga investasi pada riset dan pengembangan. Hal-hal tersebut membuat nilai jual produk ramah lingkungan dihargai sedikit mahal.

Produk greenwashing kemungkinan akan memangkas biaya produksi atau mengorbankan aspek-aspek berkelanjutan demi mendapatkan nilai jual yang lebih miring. Lalu dipoles seolah-olah produk yang mereka jual benar-benar menggunakan praktik berkelanjutan.

Kunci untuk menghindari produk-produk yang terindikasi greenwashing adalah mencari tahu seluk-beluk produk yang kamu membelinya. Jangan langsung tergoda pada label ramah lingkungan dan sejenisnya. Sebagai konsumen, kamu perlu bersikap kritis dan cermat dalam memilih sebuah produk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team