Apakah kamu pernah merasa orang terdekatmu sering meragukan atau bahkan menjatuhkan langkahmu saat sedang mencoba naik level? Bukannya mendukung, malah muncul komentar seperti, “Ngapain, sih, sok-sokan?” atau “Udah biasa aja, gak usah neko-neko.” Kalau pernah mengalami ini, bisa jadi kamu sedang menghadapi crab mentality. Fenomena crab mentality sering muncul di komunitas kecil dan keluarga, bahkan pertemanan hingga organisasi kampus. Polanya bisa halus, tapi dampaknya besar—bisa bikin seseorang ragu untuk berkembang dan jadi overthinking tentang potensi dirinya sendiri.
Crab mentality diibaratkan seperti sekelompok kepiting dalam ember; ketika satu kepiting mencoba naik ke atas, kepiting lain justru menariknya turun. Dalam kehidupan nyata, ini muncul dalam bentuk sindiran, kritik tanpa solusi, atau bahkan sabotase kecil yang dilapisi kekhawatiran atau humor. Masalahnya, ini gak cuma menyakiti orang yang diserang, tapi juga menghambat pertumbuhan komunitas secara keseluruhan.
Maka dari itu, penting buat kamu sebagai generasi muda untuk sadar dan paham mengapa pola crab mentality ini muncul. Tujuannya agar bisa meruntuhkan dan menjadi agen perubahan di lingkungan terdekat.