Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
I Gede Andika Wira Teja (IDN Times/Johannes P Christo)

Astra bersama IDN Times mengajak seluruh anak bangsa untuk semangat bergerak dan
tumbuh bersama, melalui inovasi & karya dalam memajukan bangsa melalui SATU Indonesia Awards ke-13 tahun 2022.

Apresiasi yang diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Daftarkan dirimu atau orang lain yang memenuhi syarat dan ketentuan melalui
https://bit.ly/SIA2022IDNTimes. Kunjungi website www.satu-indonesia.com untuk informasi lengkap mengenai syarat dan ketentuannya.

Tak ada kemegahan yang kasatmata untuk gelaran Indonesia Writers Festival sejak pandemik melanda. Tak ada panggung-panggung megah, stan buku dan pernak-pernik lucu, serta konser dari penyanyi populer.

Tahun ini, sama seperti para peserta dan penyelenggara, penulis terpaku di depan laptop sembari menghubungkan penyuara nirkabel ke telinga. Di luar sana memang penuh keheningan, tetapi pada gelaran Indonesia Writers Festival 2021 (IWF 2021) ini, penulis bisa merasakan euforia dan semangat para pembicara berbagi inspirasi untuk para peserta.

Dalam sesi Write with Your Heart, Indepth Article IWF 2021 (30/9/2021), penulis tertarik dengan salah seorang pembicara. Ia adalah I Gede Andika Wira Teja, penerima apresiasi 12th SATU Indonesia Awards dari Astra Indonesia. Apa yang menarik darinya?

Pemuda 23 tahun yang akrab disapa Gede Andika ini mengelola program berkelanjutan bernama Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan (KREDIBALI) selama pandemik. Dengan antusias yang membara, ia mengisahkan jatuh bangunnya secara detail dari awal hingga saat ini.

1. Berawal dari Gede Andika yang prihatin dengan anak-anak desanya karena kesulitan mengikuti kelas daring selama pandemik

I Gede Andika Wira Teja (jejakliterasibali.org)

Setelah merantau untuk kuliah di Udayana selama 5 tahun, Gede Andika pulang ke Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali, tepatnya saat Perayaan Nyepi pada Maret 2020. Saat itu, ia sudah bekerja dan bisa bekerja dari rumah (WFH) karena pandemik. Pada saat yang sama, ia pun menunggu pendaftaran kampus untuk melanjutkan studi.

Lama tak pulang, ia jalan-jalan berkeliling kampung. Desa Pemuteran memang kecil, tetapi terkenal eksotik karena posisinya diapit oleh pesisir dan perbukitan. Orang-orang Bali menyebut desa ini sebagai “Negara Gunung” karena ada bukit di sebelah selatan, laut di sebelah utara, dan di tengah-tengahnya ada desa yang menawan.

Bertepatan dengan kepulangannya, anak-anak di desa tersebut sudah menerapkan pembelajaran daring. Aturan tersebut sudah pemerintah terapkan dengan tujuan untuk menekan angka penyebaran COVID-19 di lingkungan pendidikan.

“Dari sisi yang lain, ketika kebijakan tersebut diberlakukan, saya banyak menjumpai anak-anak yang tidak bisa mengikuti kelas daring tersebut,” ujar Gede Andika.

Gede Andika khawatir jika hal seperti ini dibiarkan, angka putus sekolah akan semakin meningkat. Menurut data dari Kemendikbud pada 2015/2016, Kabupaten Buleleng menjadi kabupaten dengan angka putus sekolah paling tinggi di Provinsi Bali. Dari sanalah, program KREDIBALI mulai tercetus.

2. Butuh pengamatan yang saksama dan diskusi dengan beragam pihak untuk bisa merealisasikan rencana ini

Editorial Team

Tonton lebih seru di