Eklin Amtor de Fretes bersama Dodi, boneka dongengnya (instagram.com/kak_eklin)
Kegiatan mendongeng tidak lagi sekadar mendongeng. Eklin Amtor de Fretes dan Jalan Merawat Perdamaian membuat program positif lain. Program ini diberi nama Belajar di Rumah Dongeng. Program ini ada saat Eklin berkeliling bersama dongengnya ke daerah-daerah pada 2019.
Program ini terwujud karena pemikiran Eklin. Sejak berkeliling untuk mendongeng, kebetulan dia mendapat sejumlah donasi berupa buku dongeng. Namun, karena terlalu banyak, bukunya tidak lagi muat di kamar. Eklin pun berpikir untuk membuat sebuah ruangan untuk menampung mereka. Akhirnya, berkat restu orangtua, jadilah Rumah Dongeng Damai di atas lahan milik keluarga.
“Rumah Dongeng Damai itu tidak hanya menampung buku-buku, tetapi juga menjadi (tempat) perjumpaan untuk guru-guru PAUD atau guru-guru sekolah mingguan, atau siapa pun yang datang mau belajar mendongeng,” jelas Eklin. “Kita belajar sama-sama. Tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Kalau mau belajar mendongeng, kita belajar sama-sama di situ.”
Eklin berpikir kalau mendongeng mesti dilestarikan. Ini juga bisa mendekatkan banyak pihak, mulai dari orang tua sampai anak-anak. Dongeng dapat menumbuhkan kedekatan. Kedekatan inilah yang kemudian tumbuh menjadi persatuan. Nilai-nilai yang dibawa dalam dongeng membantunya merawat perdamaian.
Meski begitu, rintangannya ada saja. Rumah Dongeng Damai memang masih ada. JMP pun terus berjalan bersama program-programnya. Namun, karena berbasis komunitas yang dijalankan relawan, programnya kerap tersendat. Apalagi, beberapa orang tidak lagi menetap di Ambon, Maluku, pusat kegiatan. Begitu pun dengan Eklin. Dia harus bertugas ke daerah lain sebagai pendeta.
Orang boleh pergi. Program boleh tersendat. Namun, semangat rupanya tidak boleh pudar. Sampai saat ini, dongeng terus menjadi alat untuk menyebar nilai-nilai positif. Eklin dan Dodi masih berkeliling untuk menceritakan kebaikan-kebaikan yang dapat merawat perdamaian. Mereka jengah akan konflik yang telah membuat hidup terasa berbeda. Ini bukan saatnya mundur. Segregasi mesti dihapus agar semua mau bersatu. Lewat dongeng, mereka merekatkan kembali yang pernah renggang. Mungkinkah suatu hari sekat-sekat itu runtuh seluruhnya?