“Bagi saya dongeng memiliki nilai-nilai baik yang dapat membuat perilaku atau budi pekerti anak-anak tumbuh lebih luhur. Melalui dongeng, kita bisa mendidik dan mengajari anak-anak tanpa harus menggurui,” tutur Eklin.
Gugusan pulau, laut biru, dan kekayaan alam melimpah menjadikan wajah Maluku bak kepingan surga. Meski tampak damai, realita konflik sosial tidak dapat dihindari di tengah masyarakatnya. Pada 1999 hingga 2022, konflik etnis dan agama menjadi sejarah kelam yang mengakibatkan kematian, penderitaan manusia, perusakan harta benda, hingga pemaksaan atau konversi agama.
Konflik telah lama berlalu, tapi memberikan dampak pada generasi penerus. Kisah kelam tersebut kembali dituturkan oleh orang tua dan orang dewasa kepada para pemuda serta anak-anak.
Hal itu diperparah dengan adanya segregasi wilayah, membuat masyarakat harus tinggal di lingkungan yang homogen. Sehingga, kisah yang sampai pada generasi penerus hanya berdasarkan satu sudut pandang. Kemudian berdampak pada segregasi pemikiran para pemuda dan anak-anak.
Rangkaian peristiwa di atas menggugah hati Eklin Amtor de Fretes untuk menghadirkan kedamaian di tengah masyarakat. Ia ingin menyatukan kembali saudara-saudaranya melalui aksi pendidikan perdamaian.