Eklin dan Dodi bersama anak-anak Maluku. (instagram.com/kak_eklin)
Eklin mengaku meski usaha yang dia lakukan sudah mendapat cukup banyak atensi, dia merasa masih banyak anak-anak di Maluku yang tumbuh tanpa pandangan perbedaan agama. Hingga kini, menurut Eklin, hal-hal tentang segregasi dan konflik yang diceritakan kepada anak-anak juga masih ada. Prasangka buruk antaragama juga masih ada di kalangan masyarakat. Eklin mengaku butuh lebih banyak orang untuk mengedukasi anak-anak dan orangtua tentang isu perbedaan ini.
Selama 6 tahun mendongeng, Eklin merasa dirinya masih sendirian untuk berjuang menebarkan nilai-nilai perdamaian. Hingga kini, Eklin mengaku belum ada dukungan dari pemerintah setempat untuk membantu menebarkan misi perdamaian. Eklin juga tidak terlalu mengharapkan hal tersebut. Yang penting dirinya bisa terus menebarkan kisah perdamaian melalui dongeng bonekanya.
"Kalau ditanya sampai kapan, saya tidak tahu sampai kapan (akan terus mendongeng). Saya jalankan saja. Sampai kini pun, belum teratasi apa yang saya impikan sejak awal bahwa saya ingin melihat anak-anak di Maluku itu tumbuh tanpa prasangka buruk bagi saudara-saudara yang berbeda agama atau berbeda daerah sekalipun," ucap Eklin.
Eklin sungguh merindukan masa-masa kecilnya dulu sebelum ada konflik. Dia bercerita saat dirinya dan orangtuanya pergi ke Gereja, ada seorang janda muslim yang memberi mereka uang untuk disumbangkan ke Gereja. Bahkan, orang-orang dengan agama berbeda saling memberi makanan tanpa adanya prasangka buruk, seperti setelah terjadi konflik. Kenangan tersebut sekaligus menjadi impian Eklin untuk bisa mengembalikan kondisi damai tanpa adanya prasangka buruk antaragama.
"Kami (dulu) hidup dengan begitu nyaman dan tanpa ada prasangka buruk. Itu yang saya inginkan terjadi seperti dulu. Saat ini, sudah sangat susah untuk hal itu terjadi kembali," ungkap Eklin.
Eklin memungkasi dengan pesan bahwa jika kita berharap damai tumbuh, kedamaian itu dimulai dari diri sendiri. Lalu, ciptakan damai kepada orang lain. Itulah caranya menciptakan kedamaian.
"Ketika kita berharap damai yang besar itu bisa tumbuh, tapi kalau tidak mau berdamai dengan diri sendiri atau dengan sesama di lingkungan kita maka tidak akan pernah tercapai. Jadi, mulailah berdamai dengan diri sendiri. Mulailah ciptakan damai dengan orang lain dari diri sendiri!" ucap Eklin bersemangat.
Kini, Eklin sudah menjadi seorang pendeta. Dia pun bersikeras akan tetap melanjutkan proses merawat perdamaian melalui dongengnya. Kisah Eklin merupakan satu contoh kecil yang dapat memecut kita untuk semangat membangun Indonesia jadi lebih kuat. Indonesia membutuhkan lebih banyak pemuda yang memiliki optimisme dan dorongan dalam berkontribusi. Dengan semangat untuk hari ini dan masa depan, Indonesia akan jadi lebih baik. Itulah perjuangan Eklin, seorang pendongeng inspiratif dari Maluku.