Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pernikahan (Unsplash.com/ Sinnita Leunen)
Ilustrasi pernikahan (Unsplash.com/ Sinnita Leunen)

Intinya sih...

  • Menikah menghilangkan kebebasan pribadi, membuat banyak anak muda ragu karena harus berbagi hidup 24/7 dengan pasangan.

  • Masalah finansial seperti biaya resepsi dan kebutuhan sehari-hari membuat pernikahan terasa berat bagi yang masih membangun karir.

  • Trauma dari hubungan di sekitar, takut gagal membangun komitmen jangka panjang, dan cemas kehilangan jati diri menjadi alasan lainnya yang bikin pernikahan menakutkan bagi anak muda.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Buat sebagian anak muda, pernikahan bukan lagi sekadar tujuan hidup utama. Meski cinta tetap penting, banyak yang mulai mempertanyakan “Apa aku benar-benar siap menikah?” Alih-alih berbunga-bunga, justru muncul rasa takut, ragu, atau bahkan cemas membayangkannya. Ternyata, ada beberapa alasan yang bikin pernikahan terlihat menakutkan di mata generasi sekarang.  Apalagi di era media sosial, pernikahan sering tampak sempurna dari luar, padahal realitanya nggak sesederhana itu. Di balik foto mesra dan dekorasi estetik, ada komitmen besar yang butuh kematangan mental dan emosional. Ternyata ini lima alasannya. 

1. Takut kehilangan kebebasan pribadi

Ilustrasi pernikahan (Unsplash.com/ Marc A. Sporys)

Menikah sering dianggap sebagai awal kehidupan baru yang penuh penyesuaian. Buat anak muda yang sudah terbiasa mandiri, hal ini bisa terasa seperti kehilangan ruang gerak. Mulai dari waktu me time yang berkurang sampai harus kompromi dalam hal kecil. Tidak semua orang siap berbagi hidup 24/7 dengan pasangan. Ketakutan ini cukup kuat untuk bikin banyak orang berpikir dua kali sebelum menikah.

2. Masalah finansial yang bikin stres

Ilustrasi pernikahan (Unsplash.com/ Fuu J)

Urusan finansial masih jadi faktor utama yang membuat pernikahan terasa berat. Biaya resepsi, tempat tinggal, sampai kebutuhan sehari-hari yang tidak sedikit jumlahnya. Sementara itu, banyak anak muda yang masih membangun karir atau bahkan belum stabil secara ekonomi. Wajar kalau mereka ragu melangkah ke jenjang selanjutnya.

3. Trauma dari hubungan di sekitar

Ilustrasi pernikahan (Unsplash.com/ Wu Jianxong)

Tidak sedikit anak muda tumbuh dengan melihat hubungan orang tua yang tidak sehat. Ada yang menyaksikan perceraian, perselingkuhan, atau pertengkaran yang berlangsung bertahun-tahun. Hal itu bisa menimbulkan trauma dan rasa takut untuk menjalani pernikahan sendiri. Mereka jadi lebih hati-hati, bahkan enggan menikah. Takutnya, kisah lama itu terulang dalam hidup mereka.

4. Takut gagal membangun komitmen jangka panjang

Ilustrasi pernikahan (Unsplash.com/ Alvin Mahmudov)

Menikah itu bukan cuma tentang bahagia bersama, tapi juga bagaimana tetap bertahan di masa sulit. Banyak anak muda takut kalau tidak sanggup menjaga komitmen dalam jangka panjang. Apalagi saat melihat banyak pernikahan di usia muda yang kandas karena kurang persiapan mental. Ketakutan ini bikin mereka lebih memilih menunda atau bahkan mempertanyakan pentingnya menikah. Buat mereka, lebih baik sendiri daripada salah jalan bareng orang yang salah.

5. Cemas kehilangan jati diri

Ilustrasi pernikahan (Unsplash.com/Nathan Dumlao)

Setelah menikah, hidup bukan lagi soal “aku”, tapi berubah jadi “kita”. Buat sebagian orang, ini bisa membuat bingung, apalagi kalau masih dalam fase mengejar mimpi pribadi. Ada kekhawatiran soal karier yang melambat, waktu nongkrong yang berkurang, atau sekadar kehilangan versi diri yang dulu bebas. Makanya, banyak anak muda yang lebih pilih fokus dulu sama diri sendiri. Bukan takut cinta, cuma tidak mau kehilangan arah.

Pernikahan memang bukan hal kecil, jadi wajar kalau banyak anak muda merasa belum siap. Ketakutan yang muncul itu valid, kok, karena tiap orang punya perjalanan hidup dan prioritas yang beda-beda. Justru dengan memahami alasan-alasan ini, kita jadi lebih bisa berpikir jernih sebelum melangkah. Tidak ada kata terlambat untuk menikah, yang terpenting adalah siap lahir batin, bukanhanya  sekadar ikut-ikutan biar "nggak ketinggalan".

 

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian