Hayu Hamemayu, penulis buk uanak Dimdum Mau Mandi. (instagram.com/toko.gumi)
Hayu mengawali karier sebagai seorang jurnalis. Ia mahir dalam mengembangkan karya feature dan jurnalistik dengan narasi yang lugas serta informatif, jauh dari dunia fiksi yang penuh imajinasi. Akan tetapi, kecintaannya terhadap dunia kepenulisan telah tumbuh sejak kecil, jauh sebelum ia berkecimpung dalam profesi tersebut.
Pengalaman berkarya di media seperti The Jakarta Post, menjadi Editor The Conversation, serta menjadi edukator, merupakan fondasi utama untuknya memperdalam isu sosial humaniora. Dengan latar belakang jurnalistik yang kuat, ia menghadirkan tulisan yang tajam berbasis riset dan fakta.
"Jadi, sebenarnya kalau dirunut jauh ke belakang gitu ya, itu kecintaan saya sama dunia tulis-menulis tuh sudah dari kecil, dan itu memengaruhi pilihan-pilihan karier yang saya ambil gitu sampai sekarang," ceritanya.
Di balik kesuksesannya sebagai seorang jurnalis, perempuan yang tumbuh di Yogyakarta tersebut, ternyata menyimpan mimpi-mimpi personal yang terkesan sederhana, namun bermakna. Keinginan untuk melihat namanya terpampang di rak toko buku, justru menjadi mimpi yang mampu menghidupkan semangatnya untuk terus berkarya dan menghadapi berbagai tantangan.
"Kalau saya sebenarnya secara personal itu, punya mimpi-mimpi pribadi yang gak penting. Misalnya, saya ingin lihat bukuku di toko buku atau saya ingin lihat nama saya di koran. Nah, kayaknya itu mimpi-mimpi kecil yang menggerakkan saya. Setelah berhasil menerbitkan kumpulan cerpen, terus di Swedia saya menerbitkan novel dewasa, bukan anak, saya jadi merasa punya tantangan baru," imbuhnya.
Keluar dari zona nyaman, Hayu memilih untuk menekuni dunia literasi di luar dari karier profesionalnya. Setelah sukses menerbitkan kumpulan cerpen, ia menantang diri untuk melangkah lebih jauh memantik keberanian untuk menjangkau mimpi yang lebih besar, yakni menjadi seorang penulis buku anak.
Keinginan untuk menjadi penulis buku kembali didorong oleh mimpi yang terbilang sederhana, yakni ingin membacakan buku karyanya kepada buah hatinya. Dari keinginan itu, Hayu mulai melebarkan sayap sebagai penulis fiksi untuk buku anak-anak. Perjalanan ini dimulai sejak ia pindah ke Swedia.
Ia berbagi, "Pas pindah ke Swedia itulah, justru saya mendapatkan space untuk mengembangkan karier penulisan saya. Karena di sana, saya berkesempatan untuk benar-benar belajar. Sebelum itu, saya sudah menerbitkan cerpen, kumpulan cerpen segala macam, tapi gak ada training yang serius. Semua belajarnya sambil lalu."
Kisah Hayu mengajarkan bahwa sebuah karya adalah wujud keberanian untuk bermimpi lebih jauh. Kisahnya memberi perspektif baru bahwa mimpi sederhana bisa menjadi fondasi perjalanan luar biasa.