Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sedekah (unsplash.com/Madrosah Sunnah)

Intinya sih...

  • Sedekah merupakan amalan dianjurkan dalam Islam, dengan tujuan berbuat kebaikan dan menginfakkan harta di jalan Allah.
  • Sedekah memiliki keutamaan, seperti sebagai ikhtiar tolak bala, penghapus dosa, peningkatan derajat, dan didoakan oleh malaikat.
  • Orang yang bersedekah sambil membuat konten media sosial tidak bisa dihukumi karena hanya Allah yang mengetahui isi hati dan niatnya.

Di era digital, pengaruh media sosial sangat besar dalam kehidupan manusia. Bahkan, tidak sedikit orang yang kerap memanfaatkannya sebagai tempat untuk membuat konten, baik berisi momen ataupun aktivitas sehari-harinya.

Di antara banyaknya konten yang beredar, kamu mungkin pernah melihat konten tentang orang melakukan sedekah, bukan? Ya, fenomena sedekah sambil membuat konten memang telah banyak dilakukan warganet, terutama para YouTuber, selebgram, dan public figure.

Adanya fenomena tersebut pun menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat mengenai bagaimana hukum sedekah dibuat konten dalam Islam. Apakah termasuk sikap riya? Untuk mengetahui jawabannya, langsung saja simak penjelasan yang telah IDN Times rangkum dari berbagai sumber berikut ini.

1.Anjuran sedekah dalam Islam

ilustrasi memberikan sedekah (pexels.com/Timur Weber)

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, penting diketahui bahwa sedekah merupakan salah satu amalan yang dianjurkan dalam agama Islam. Banyak dalil yang menerangkan tentang sedekah, salah satunya adalah surat Al-Baqarah [2] ayat 195, Allah SWT berfirman:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Ayat tersebut menerangkan, bahwasanya Allah SWT memerintahkan hambanya untuk berbuat kebaikan dan menginfakkan harta yang dimiliki di jalan Allah sebagai bentuk kebaikan. Bahkan, Syekh Zainuddin al-Malibari dalam Fathul Mu’in, dikutip Jatim NU, dianjurkan untuk bersedekah setiap saat walaupun sedekah yang dikeluarkan hanya sedikit. Beliau mengatakan,

“Orang yang ingin berbuat baik seharusnya tidak melewatkan kesempatan bersedekah setiap hari semampunya, meskipun sedikit. Bersedekah dengan diam-diam lebih baik daripada memperlihatkannya.”

Dengan kata lain, perintah untuk bersedekah tidak hanya ditunjukkan bagi orang-orang yang mampu dari segi ekonominya saja, melainkan juga bagi semua kalangan. Dalam bersedekah pun tidak ada aturan mengenai seberapa banyak harta yang harus dikeluarkan. Sehingga walaupun harta yang kamu sedekahkan sedikit jumlahnya, jika kamu ikhlas melakukannya maka Allah akan membalasnya.

2.Keutamaan sedekah dalam Islam

ilustrasi memberikan sedekah (pexels.com/Timur Weber)

Sedekah, baik sedekah wajib (zakat) maupun sedekah sunah merupakan salah satu pilar dalam ajaran Islam. Sedekah juga termasuk amalan yang bersifat sosial, sehingga manfaatnya pun tidak hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakannya, tetapi juga oleh orang lain, terutama yang menerimanya. Berikut keutamaan sedekah yang perlu kamu ketahui, sebagaimana telah dirangkum dari berbagai sumber:

  • Sedekah lebih ampuh sebagai ikhtiar tolak bala atau keselamatan jiwa daripada sekadar berdoa.

Bahkan, Abu Hurairah ra yang merupakan sosok berilmu luas, paling banyak meriwayatkan hadis, dan sangat tekun beribadah, lebih memilih sedekah untuk menolak bala dibanding sekadar berdoa.

  • Sedekah juga bisa sebagai penghapus dosa.

Sebagaimana tercantum dalam hadis riwayat, berikut ini:

“Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana api dipadamkan dengan air. Begitu pun salat seseorang selepas tengah malam.” (HR. Tirmidzi no 2616 dan Ibnu Majah no 3973)

  • Orang yang bersedekah akan diangkat derajatnya dan ditambahkan kemuliaannya.

Hal ini sebagaimana tertuang dalam hadis riwayat Muslim, yaitu:

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bersabda: “Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim [No 2588 Syarh Shahih Muslim] Shahih

  • Di sisi lain, orang yang mengerjakan sedekah akan didoakan oleh malaikat.

Sebagaimana didasarkan dalam hadis riwayat Bukhari, sebagai berikut:

“Dari Abu Hurairah radiallahu anhu bahwa Nabi SAW, bersabda: “Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya, lalu salah satunya berkata: “Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya,” sedangkan yang satunya lagi berkata, “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).” (HR Bukhari) [No 1442 Fathul Bari] Shahih

3.Lantas, bagaimana hukum sedekah dibuat konten dalam Islam?

ilustrasi memberikan sedekah (pexels.com/Said)

Menilik fenomena yang terjadi di era digital ini, di mana sedekah dijadikan konten media sosial, para ulama memandang bahwa orang yang bersedekah sambil membuat konten media sosial, tidak bisa dihukumi. Sebab, hanya Allah SWT yang mengetahui segala isi hati, niat, dan pikirannya.

Dalam sebuah majelis, KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menjelaskan tentang hukum sedekah dibuat konten dalam Islam. Melalui unggahan di akun media sosial YouTube Buya Yahya, beliau menyebutkan bahwa ibadah sedekah yang diterima oleh Allah SWT adalah ibadah sedekah dengan ikhlas.

Sedangkan, ibadah sedekah yang tidak diterima oleh Allah SWT adalah ibadah sedekah dengan riya. Namun, tempatnya ikhlas dan riya adalah di dalam hati. Oleh karena itu, manusia tidak boleh berprasangka buruk bahwa orang yang sedekah sambil membuat konten, termasuk riya.

“Karena kita tidak tahu apa yang ada di hati seseorang. Kalau kamu ingin menunjuk ikhlas maka tunjukkan ke hati orang lain. Kalau kamu ingin menunjuk riya maka tunjuk ke dalam diri sendiri, jangan tunjuk orang lain. Kita tidak tahu apa yang dia inginkan dibalik itu semua,” ungkapnya.

Di samping itu, beliau menambahkan bahwa tidak semua orang mengumumkan sedekah yang dikeluarkannya secara jujur kepada publik. Beliau mengambil salah satu contoh, ketika ada orang yang menyumbangkan hartanya ke sebuah masjid, lalu orang tersebut berbisik kepada pengurus masjid agar mengumumkan sedekahnya itu pada setiap hari Jumat sebelum khotbah.

Mungkin banyak orang berpikir bahwa ia riya. Padahal yang sebenarnya ia lakukan adalah sebaliknya, yaitu memerangi riya. Orang tersebut meminta diumumkan telah menyumbangkan uang senilai Rp10 juta, padahal sebenarnya jumlah uang yang telah ia sumbangkan sebesar Rp100 juta. Jadi, orang lain tidak tahu bahwa orang tersebut sedang memerangi riya.

“Maka ingat, kalau bicara riya tunjuk ke diri sendiri bukan ke orang lain karena kita tidak tahu apa yang ada di hati orang. Kalau bicara ikhlas khusnudzon mungkin dia ikhlas walaupun tampaknya riya, mungkin dia termasuk orang yang menutupi keikhlasannya dengan gaya riya. Kita tidak tahu,” pungkasnya.

Namun, beliau mengingatkan apabila sedekah yang dibuat konten itu hanya bohongan atau dengan niat sekadar untuk meningkatkan jumlah penonton, bukan semata-mata mengharap rida Allah SWT, maka itu yang salah.

Di sisi lain, dikutip NU Online, ada sebuah hadis umumnya dipahami bahwa sedekah yang paling baik adalah sedekah yang tidak diketahui orang lain. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah tersebut, berbunyi:

“Seseorang yang mengeluarkan sedekah lantas disembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.”

Atas dasar pemahaman hadis tersebut, maka tak jarang kita menemukan daftar penyumbang anonim atau dengan mengidentifikasi diri sebagai ‘hamba Allah’ agar orang lain tidak tahu bahwa ia telah bersedekah. Namun, penting diketahui bahwa pemahaman tangan kiri pada hadis di atas sebagai perumpamaan 'orang lain' bukanlah pemahaman yang tepat.

Tetapi yang dimaksud tangan kiri dalam hadis di atas, yaitu merujuk pada simbol negatif berupa kejelekan atau keinginan yang jelek seperti riya, pamrih, atau sombong ketika bersedekah. Sedangkan, tangan kanan dalam hadis di atas dapat dimaknai sebagai simbol positif berupa amal sedekah kepada orang lain yang dilandasi dengan niat baik.

Selanjutnya, Allah SWT memperbolehkan untuk melakukan sedekah secara terbuka atau terang-terangan sebagaimana diperbolehkannya sedekah secara rahasia atau tertutup. Firman Allah SWT tersebut sebagaimana tertera dalam Surat Al-Baqarah Ayat 274, yang berbunyi:

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di ssiang hari ecara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2]:274)

Dengan demikian, bila merujuk pada ayat di atas, dijelaskan bahwa ada dua cara dalam bersedekah. Pertama, sedekah dengan cara terang-terangan dan kedua, sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Keduanya mendapat pahala, asalkan dikerjakan dengan ikhlas dan niat hati yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sedekah yang dibuat konten atau sedekah sambil membuat konten media sosial tetap dibolehkan dengan catatan bahwa sang pembuat konten melakukan sedekah tersebut secara ikhlas atau niat yang baik dan memiliki dampak baik.

Sebab, yang terpenting dalam bersedekah adalah keikhlasan atau niat tulus dan bersih dari keinginan-keinginan duniawi, seperti mendapatkan balasan yang lebih banyak, pencitraan dengan maksud tertentu, keinginan untuk mendapat pujian, dan lain sebagainya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team