ilustrasi hang out (pexels.com/RDNE Stock project)
Belakangan muncul istilah hype 'the nuruls' untuk menggambarkan muslimah dengan gaya hidup kekinian. Istilah tersebut awalnya diterima cukup baik sampai mulai bermunculan komentar negatif yang mengkritisi cara hidup the nuruls. Berkembanglah lelucon-lelucon sindiran. Namun perlu diingat, menyampaikan ilmu perlu tempat dan cara yang tepat. Itu kalau tujuannya memang berbagi ilmu dan saling mengingatkan.
Begitu pun saat membahas masalah keimanan. Itu hal yang sangat serius dengan kedalaman yang tidak bisa diukur sebatas penglihatan mata. Menggunakan sarana lelucon untuk merendahkan kepercayaan orang lain agar kepercayaan diri sendiri terlihat paling benar tidaklah etis. Coba pikirkan kembali ajaran-ajaran dalam keyakinanmu, di sana pasti memuat cara yang lebih santun tanpa memaksakan pikiran pada orang lain.
Humor itu jadi lucu kalau kalian tertawa bersama. Jika hanya salah satu pihak yang tertawa, hal tersebut adalah mengejek, mengolok, atau menghina. Seperti halnya delapan humor yang seharusnya tidak ada di kehidupan sehari-hari. Sudah sepantasnya kita memiliki empati terhadap berbagai elemen masyarakat dan berpikir lebih kritis jika di sekitarmu masih ada yang melanggengkan jenis humor nirempati. Berhenti menormalisasi keburukan dengan menanamkan nilai yang lebih relevan.