ilustrasi lahan pertanian (pexels.com/Binyamin Mellish)
Penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dan pupuk pertanian perlu diatur dengan presisi agar tidak berlebihan dan tidak mencemari lingkungan. Sehingga, pertanian yang presisi perlu diusahakan agar tercipta harmoni antara manusia dengan alam. Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Hokkaido University, Jepang, memanfaatkan teknologi demi menerapkan pertanian presisi.
Pertanian presisi diusahakan dengan menggunakan platform yang terhubung dengan perangkat teknologi untuk pengumpulan informasi pertanian langsung dari lahan, melalui perangkat pengukur dan sensor yang ditanam. Olahan data yang didapat, digunakan untuk mengatur dosis penggunaan pestisida dan pupuk sesuai kebutuhan. Sehingga tidak ada pupuk dan pestisida yang berlebihan maupun kekurangan, agar bisa menjaga kelestarian tanah, serta biaya yang dikeluarkan pun lebih efisien.
Pertanian presisi ini memanfaatkan teknologi seperti citra satelit, Unmannad Aerial Vehicle (UAV), aplikasi smartphone, robot, IoT, AI, serta machine learning. Tak hanya menjaga lingkungan, teknologi pertanian presisi ini mampu mewujudkan keadilan sosial bagi petani, karena bantuan teknologi yang memudahkan mereka mengatur pestisida dan pupuk. Serta sosialisasi teknologi ini menjadi bagian toleransi sosial, karena dilakukan lintas generasi dan lintas kelompok, yakni dari mahasiswa ke petani langsung.
Teknologi dan sains ternyata memegang peran penting dalam membangun keseimbangan sosial dan alam secara harmonis. Melalui anak muda yang kreatif, menunjukkan bahwa inovasi teknologi yang dikembangkan bisa menjadi sarana untuk memperkuat toleransi sosial sekaligus menjaga keberlangsungan alam. Sehingga ketika teknologi dipakai untuk memberdayakan masyarakat, dan merawat lingkungan secara seimbang, maka terciptalah harmoni yang sejati antara manusa dengan alam. Usaha anak-anak muda ini layak dijadikan inspirasi untuk menciptakan keseimbangan yang baik dengan alam.