Puasa Bikin Hati Tak Mudah Terpancing Emosi

Hampir dua tahun ini aku, Riska Wulandari, bekerja sebagai seorang frontliner staff di salah satu bank swasta syariah di kota Malang, Jawa Timur. Bisa dibilang, pekerjaan yang sedang kugeluti ini bukanlah pekerjaan yang mudah walau nampaknya hanya duduk, melayani transaksi dan hitung-hitung uang.
Setiap hari, aku harus berjibaku dengan beragam orang dengan latar belakang karakter dan emosi. Tak jarang juga, kami dibuat kesal bukan kepalang karena menghadapi nasabah yang gak sabaran dan marah-marah karena tak kunjung dilayani. Padahal sih, antrian pelayanan memang sedang panjang-panjangnya. Tak ayal, keadaan seperti ini kadang bikin aku stres dan jenuh serta cepat banget emosian. Apalagi kalau keadaannya lagi di bulan puasa seperti sekarang, wajib banyak ikhlas dan stok sabar deh!
Jam kerja pendek tapi beban kerja sama jadi tantangan sendiri saat bulan Ramadan.
Di hari biasa (bukan puasa alias Ramadan) kadang ada saja nasabah yang bikin gemas dan emosi meluap, apalagi saat bulan puasa seperti sekarang. Jam operasional bank yang lebih pendek, jadi pemicu banyak orang berlomba-lomba ingin urusannya selesai sebelum jelang buka puasa.
Biasanya, saat jam-jam kritis seperti ini, aku dan rekan-rekan frontliner lainnya bakal kewalahan. Masih untung kalau nasabahnya pengertian, tapi kalau tidak ya minimal aku kena sindir atau malah si nasabah cemberut wajahnya. Bisa bayangin kan, kalau melayani orang cemberut otomatis hati kita jadi ikutan masam dan gak semangat.
Kondisi seperti ini wajib banget aku maklumin. Selain karena memang lagi bulan puasa yang harus menahan amarah, pekerjaan kami mewajibkan untuk tetap tersenyum dan ramah kepada nasabah. Apalagi ketika nasabah komplain, menggerutu, atau banyak tanya.