KBA Indah Madani, Kampung Hijau di Tengah Kota Minyak!

Jika berbicara soal kota dengan cuaca paling panas, Pekanbaru pasti masuk ke dalam daftar. Ya, kota penghasil minyak bumi dan gas ini bisa mencapai suhu maksimum 36 derajat pada siang hari.
Namun siang itu cukup berbeda, Kampung Berseri Astra Indah Madani yang berada di RT 04 RW 04 Kelurahan Tangkerang Labuai, Pekanbaru terasa cukup sejuk dengan pepohonan hijau yang sengaja ditanam oleh para warga. Hal ini membuat saya kagum sekaligus bertanya-tanya. Bagaimana bisa ada kampung hijau seperti ini di tengah Kota Pekanbaru?
Rasa penasaran saya seketika hilang saat bertemu dengan Pak Mirshal atau yang biasa dipanggil Pak Achenk, ternyata beliau adalah sosok penggerak hebat di balik KBA Indah Madani ini. Menetap sejak tahun 1993 di Tangkerang Labuai, membuat Pak Achenk memiliki mimpi yang besar untuk memajukan lingkungan tempat tinggalnya. Penasaran bagaimana kisah Pak Achenk dan KBA Indah Madani? Simak artikelnya, yuk!
1. Seratus pohon yang diremehkan
Berbeda dengan suasana hijau dan asri yang terlihat saat ini, Tangkerang Labuai puluhan tahun silam adalah daerah yang cukup kering dan gersang. Kondisi ini membuat Pak Achenk yang gemar bertanam berinisiatif mengadakan penghijauan di daerahnya. Beliau mengajak warga setempat, teman-teman komunitas, hingga tokoh masyarakat untuk menanam seratus pohon pada tahun 1998.
Tetapi untuk menanam pohon yang indah, tentu angin yang berhembus tidak selalu tenang. Tantangan demi tantangan harus dilewati oleh Pak Achenk, karena tidak semua orang setuju dengan ide beliau pada saat itu. Bahkan ada yang beranggapan bahwa menanam pohon hanya menghalangi kabel listrik dan membuat sampah saja.
Kalimat-kalimat penolakan yang ada tak pernah sekalipun melunturkan semangat Pak Achenk. Dengan tekad besar untuk menghijaukan kampungnya, beliau berusaha memberikan keyakinan bahwa ratusan pohon yang ditanam hari itu pasti akan membawa dampak yang baik di kemudian hari.
“Mudah-mudahan suatu saat sampah ini akan membuahkan hasil untuk masyarakat di sini,” ujar Pak Achenk menirukan ucapannya 23 tahun lalu.