lantai tatami di rumah tradisional Jepang (pexels.com/Ryutaro Tsukata)
Menurut tulisan Lo Tsai-Yun berjudul 'Formation and Historical Development of Tatami in Taiwan: Based on Old Literature" dalam Bulletin of Japanese Society for the Science of Design, tatami mulai dipakai secara luas di Jepang sejak pertengahan Zaman Edo yakni tahun 1600—1800-an).
Namun, Carola Hein, profesor Sejarah Arsitektur dan Perencanaan Urban asal Fakultas Arsitektur dan Lingkungan Terbangun Delft Technical University dalam kuliah umumnya di Het Nieuwe Institut pada 2016 mengestimasi penggunaan tatami sudah ada sejak abad ke-8. Hanya saja saat itu, tatami belum masuk ke rumah-rumah penduduk biasa. Kala itu, karpet tatami hanya bisa diakses orang-orang kelas atas sebagai alas tidur dan duduk.
Tatami kemudian meluas pemakaiannya pada Zaman Meiji dan jadi bagian integral dalam masyarakat Jepang. Ruangan-ruangan dalam rumah tradisional Jepang, seperti kamar dan ruang tengah pasti dilapisi tatami. Menurut jurnal yang ditulis Takafumi Shimizu dan Kimie Yoshitani berjudul "Impact-Reduction Effect of Tatami Floor Mat Made of Nonwoven Fabric for Head Injuries in Fall Accidents dalam Journal of Building Engineering, tatami terdiri dari empat lapisan. Lapisan teratas merupakan permukaan tipis (serat alami), kemudian disusul lapisan buffer atas (kain non-tenun), papan pelapis (bisa plat kayu, plat sorghum, dan lain sebagainya), dan lapisan buffer bawah (kain non-tenun). Ini menciptakan efek empuk yang tetap tegas ketika dipijak.