Bapak Santoso adalah warga sekaligus anggota pengurus ekowisata Giri Rejo. (dok. Pribadi/Dahli Anggara)
Saat sampai dan menikmati pemandangan di lokasi wisata Giri Rejo, penulis disambut hangat oleh Pak Santoso selaku pengurus ekowisata di KBA Giri Rejo Karang Joang. Dalam sesi wawancara, ia bercerita mengenai sejarah terbentuknya kampung Giri Rejo Karang Joang di KM. 14--15 poros Balikpapan - Samarinda ini.
"Dulu (keadaan kampung) tidak seperti ini. Awalnya, generasi di atas kami sudah menjadi transmigran dari Jawa Tengah. Berkumpul di sini dan orang tua kami membangun perkampungan di sini," terang Pak Santoso dengan tutur bahasa yang lugas.
Sejak awal, warga di Giri Rejo memang sudah rukun dan hidup bertoleransi satu sama lain. Itu sebabnya, KBA Giri Rejo Karang Joang juga dianggap sebagai zona multibudaya, sebab memang ada berbagai macam budaya dari banyak pendatang. Mereka juga sangat sadar akan arti kebersihan lingkungan hidup.
"Sesama pendatang wajib hidup berdampingan dengan rukun. Bahkan, hasil dari swadaya kami sudah mulai tampak saat ini," lanjut Pak Santoso kepada penulis.
Ya, Giri Rejo sendiri telah bergabung dengan program Kampung Berseri Astra sejak 2014 dan sudah banyak program yang dijalankan, di antaranya empat pilar utama, yakni lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan. Di zaman dulu, pada era 1960-an, wilayah ini memang masih dipenuhi dengan hutan belantara.
Pak Santoso kembali bercerita, "Dulu, bahkan generasi awal hanya mendirikan tenda-tenda sederhana di sini. Baru pelan-pelan dirintis dan dibangun sebuah perkampungan dan dinamakan Giri Rejo. Sejak 2014 kami bergabung dengan Astra dalam program KBA."
Karena Giri Rejo dianggap berpotensi menjadi kampung yang bersih, hijau, layak, dan mandiri, maka Astra Indonesia memasukkannya ke dalam daftar KBA pada 2014. Kini, KBA Giri Rejo Karang Joang sudah menjelma menjadi wilayah yang asri dan punya keindahan alam yang terus terjaga.