Ahmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)
Hasyim mesti menemui ahli-ahli di bidang teknologi untuk sharing terkait perkembangan Pedis Care. Menurut tim Pedis Care, salah satu hal yang menghabiskan banyak waktu saat akan melakukan perawatan adalah ketika menganalisis kondisi luka termasuk panjang, lebar, dan kedalaman luka.
Pedis Care membantu menentukan strategi perawatan sekaligus mengukur progres perawatan dari hasil assessment. Prosedur bagi calon pasien yang ingin menggunakan jasa Pedis Care cukup mudah. Calon pasien bisa langsung datang ke lokasi Pedis Care untuk meregistrasikan diri dan memenuhi persyaratan lainnya.
Jika calon pasien tidak memungkinkan untuk dibawa datang atau kondisi fisik kaki yang cukup parah, tim Pedis Care bisa diundang untuk langsung mengunjungi lokasi pasien dan melakukan treatment di rumah. Pedis Care juga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya jika dibutuhkan. Misalnya ketika mendapatkan pasien diabetes dengan kadar gula yang sangat tinggi, Pedis Care berkolaborasi dengan ahli kesehatan terkait untuk mengurangi kadar gulanya.
“Ketika bikin startup atau bisnis (ini), kita cari impact yang maksimal. Kalau bisa tidak terlalu lama mencapainya. Dibutuhkan (kolaborasi) meski beda merger. Kolaborasi (ini) bisa (memberi) impact signifikan. Waktu mau bikin aplikasi, (kami) ngobrol dengan software developer,” jelas Hasyim saat diwawancarai.
Di tengah perkembangan Pedis Care, Hasyim mengklaim bahwa terdapat sinyal yang muncul dari market. Menurutnya, di kondisi saat itu ternyata tidak hanya sekadar perawatan luka diabetes yang sangat dibutuhkan terutama ketika pandemik COVID-19.
Rumah sakit mulai membatasi pasien yang bisa dirawat dan terfokuskan dengan pasien COVID-19 sehingga kuota rawat inap rawan dikurangi. Orang-orang yang menderita kasus lain cenderung kurang mendapat perhatian. Karena demand yang tinggi itu, Pedis Care kemudian membuat sebuah tim khusus bernama PedisCareGiver yang bisa memberikan pelayanan homecare ke rumah pasien.
Pedis Care berkembang tak hanya menangani kasus luka, tetapi juga kasus lain seperti hipertensi dan stroke. Pedis Care pun mengembangkan pelayanannya selama 24 jam sehari dengan sistem shift di rumah pasien.
Meskipun jarang menerima respons negatif berupa penolakan mentah-mentah, perkembangan Pedis Care tak berjalan begitu mulus. Dalam mewujudkan ide yang sangat inovatif ini, Hasyim menyediakan tempat untuk praktik, tak lupa memasang papan identitas sebagai tanda bahwa Pedis Care membuka jasa.
Namun, Hasyim mengaku bahwa selama 3-4 bulan pertama ia hampir tanpa aktivitas alias zero transaction antara customer dengan Pedis Care. Keadaan ini lantas tak langsung membuat Hasyim putus asa. Ia kemudian mengadakan evaluasi dan sharing bersama rekan-rekan termasuk co-founder Pedis Care. Mereka menemukan bahwa Pedis Care masih kurang dalam hal edukasi dan promosi.
Sebab tim Pedis Care tidak mempunyai background tentang hal semacam itu, tim kemudian mengikuti pelatihan dan mencari banyak sumber pengetahuan termasuk berdiskusi bersama rekan yang ahli di bidang marketing. Setelah proses inilah akhirnya Pedis Care bisa go to the market.
Langkah selanjutnya yang Pedis Care lakukan antara lain mengadakan penyuluhan ke beberapa kampus, membuat webinar untuk masyarakat, dan membangun media sosial termasuk akun kanal YouTube. Bahkan mereka bekerja sama dengan teman-teman yang ada di rumah sakit agar pasien-pasien yang membutuhkan perawatan luka khusus bisa diarahkan ke Pedis Care. Dari sinilah kemudian Pedis Care semakin dikenal banyak orang hingga dijadikan sebagai rekomendasi "rujukan".