Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi dinding bata ekspos
ilustrasi dinding bata ekspos (pexels.com/Ensar *)

Dinding bata ekspos memang punya daya tarik tersendiri. Tampilan alami dari susunan bata merah yang dibiarkan terbuka memberikan kesan hangat, estetik, dan punya nilai seni tinggi. Banyak rumah modern maupun industrial memilih gaya ini karena terkesan autentik dan tidak terlalu formal. Namun di balik tampilannya yang menawan, ada sejumlah kekurangan yang sering kali luput dari perhatian.

Material bata merah memang tahan lama, tapi saat dibiarkan tanpa plester atau finishing, perawatannya bisa jauh lebih rumit. Dari masalah kelembapan, debu, hingga potensi kerusakan struktural, semuanya perlu dipikirkan sejak awal. Kalau tidak, dinding yang awalnya terlihat indah justru bisa menjadi sumber masalah jangka panjang di rumah.

1. Rentan menyerap kelembapan berlebih

ilustrasi dinding bata ekspos (unsplash.com/Vitali Adutskevich)

Bata merah memiliki sifat porositas yang tinggi, artinya material ini mudah menyerap air dari udara maupun rembesan. Di musim hujan, kelembapan yang menempel pada permukaan bata bisa memicu munculnya noda gelap atau bahkan lumut. Hal ini membuat tampilan dinding cepat kusam dan tidak lagi seindah awal pemasangan. Apalagi jika rumah berada di daerah dengan curah hujan tinggi, risiko ini akan semakin besar.

Selain itu, kelembapan yang terjebak di dalam bata bisa memicu retakan kecil pada permukaan. Retakan ini memang awalnya tidak terlihat, tetapi seiring waktu dapat membesar dan merusak struktur bata. Perbaikan untuk masalah seperti ini biasanya memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Jika tidak diantisipasi, dinding bata ekspos bisa kehilangan kekuatan aslinya.

2. Sulit dibersihkan dari debu dan kotoran

ilustrasi dinding bata ekspos (pexels.com/Pixabay)

Permukaan bata ekspos yang tidak rata membuat debu dan kotoran mudah menempel di sela-sela teksturnya. Pembersihan dinding jenis ini tidak bisa dilakukan secara cepat seperti dinding plester yang halus. Butuh sikat khusus atau penyedot debu dengan daya hisap kuat untuk membersihkan sela-sela bata. Kalau tidak dibersihkan secara rutin, kotoran akan menumpuk dan sulit dihilangkan.

Kotoran yang menempel lama juga bisa memengaruhi warna asli bata. Warna merah bata bisa terlihat pudar atau kusam karena lapisan debu yang membandel. Bahkan dalam beberapa kasus, kotoran ini bisa bereaksi dengan kelembapan dan menimbulkan bercak permanen. Kondisi ini tentu mengurangi estetika dinding bata ekspos di rumah.

3. Rentan terhadap kerusakan struktural

ilustrasi dinding bata ekspos (unsplash.com/Clark Gu)

Meski bata merah terbilang kuat, permukaan yang dibiarkan terbuka tanpa lapisan pelindung membuatnya lebih rentan terhadap cuaca ekstrem. Paparan panas matahari yang berlebihan bisa membuat bata memuai, sementara udara dingin atau hujan deras dapat membuatnya menyusut. Siklus ini bisa menimbulkan retakan atau keropos pada permukaan bata.

Kerusakan struktural yang terjadi pada dinding bata ekspos sering kali membutuhkan perbaikan detail. Proses penggantian bata yang rusak tidak sesederhana memperbaiki dinding yang diplester, karena harus menjaga keseragaman warna dan pola. Jika perbaikan tidak rapi, hasilnya akan terlihat kontras dan merusak estetika keseluruhan.

4. Memerlukan lapisan pelindung tambahan

ilustrasi dinding bata ekspos (unsplash.com/Kael Bloom)

Banyak orang mengira bata ekspos tidak memerlukan finishing apapun, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Untuk mempertahankan kekuatan dan keindahan bata, biasanya diperlukan lapisan pelindung seperti coating atau sealant. Lapisan ini berfungsi mengurangi penyerapan air dan mencegah noda membandel menempel di permukaan bata.

Sayangnya, lapisan pelindung ini tidak bersifat permanen dan harus diperbarui secara berkala. Proses re-coating membutuhkan biaya dan waktu, apalagi jika dinding bata ekspos mencakup area yang luas. Jika perawatan ini diabaikan, bata akan cepat mengalami kerusakan atau perubahan warna yang sulit diperbaiki.

5. Kurang efisien dalam isolasi suara dan suhu

ilustrasi dinding bata ekspos (pexels.com/ready made)

Bata ekspos memang kuat secara fisik, tetapi kurang maksimal dalam mengisolasi suara. Suara dari luar atau antar ruangan bisa terdengar lebih jelas karena tidak ada lapisan tambahan yang meredam. Hal ini bisa menjadi masalah terutama pada rumah yang berada di area padat penduduk atau dekat jalan raya.

Selain itu, bata ekspos juga kurang efektif menahan perubahan suhu. Saat cuaca panas, ruangan bisa terasa gerah, dan saat dingin, udara dingin lebih mudah masuk. Untuk mengatasinya, dibutuhkan tambahan insulasi di sisi lain dinding, yang berarti memerlukan biaya ekstra.

Dinding bata ekspos memang menawarkan kesan estetik yang unik dan artistik, tetapi konsekuensi perawatannya tidak boleh diabaikan. Dari kelembapan, debu, hingga kebutuhan lapisan pelindung, semuanya memerlukan perhatian khusus. Jika sudah memahami kekurangannya sejak awal, keputusan menggunakan bata ekspos bisa menjadi lebih matang dan tidak menimbulkan masalah besar di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian