ilustrasi malam hari (pexels.com/Paweł L.)
Berdasarkan penjelasan di atas, malam 1 Suro merupakan malam yang refleksi, ya. Alih-alih menyambut pergantian tahun dalam penanggalan Jawa dengan meriah, masyarakat diajak untuk melakukan musahabah diri.
Jika mampu dan bisa, seseorang dianjurkan untuk begadang di malam 1 Suro. Selain itu, hindari melakukan beberapa larangan yang masih dipercaya hingga sekarang. Berikut penjelasan mengenai larangan-larangan malam Suro.
Malam 1 Suro dianggap sebagai malam sunyi untuk introspeksi dan tirakat. Masyarakat sebaiknya tidak menggelar acara meriah seperti pernikahan atau perayaan besar lainnya. Hal ini dipercaya bisa mengundang sial atau nasib kurang baik di kemudian hari.
Bepergian pada malam 1 Suro sering dihindari karena diyakini bisa membawa kesialan atau gangguan dari makhluk halus. Sebaliknya, muncul anjuran untuk berdiam di rumah dan memperbanyak doa.
Malam 1 Suro juga dianggap kurang tepat untuk pindah rumah. Sebab, energi spiritual malam 1 Suro dipercaya lebih cocok untuk introspeksi, bukan memulai hal baru.
Malam 1 Suro diyakini sebagai waktu yang penuh berkah, sehingga dianjurkan untuk menjaga sikap, ucapan, dan perilaku. Hindari juga berkata-kata kasar, emosi yang tidak terkendali, atau tindakan merugikan orang lain.
Daripada tidur terlalu awal, ada baiknya luangkan waktu untuk tirakat, doa, atau zikir. Tidur terlalu awal atau bermalas-malasan dianggap sebagai bentuk tidak hormat terhadap malam 1 Suro yang sakral.