Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi fokus kerja
ilustrasi fokus kerja (pexels.com/Kampus Production)

Intinya sih...

  • Meja terlalu penuh barang mengganggu fokus dan menambah stres

  • Pencahayaan yang buruk membuat mata cepat lelah dan tubuh mengantuk

  • Posisi meja tidak ergonomis dapat menyebabkan keluhan fisik dan menurunkan produktivitas

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bekerja dari rumah memang terasa menyenangkan di awal, bisa sambil menikmati secangkir kopi favorit, suasana tenang, dan waktu yang lebih fleksibel. Namun, di balik kenyamanan itu, meja kerja sering kali jadi sumber masalah yang gak disadari. Penataan yang salah justru bisa membuat fokus menurun, tubuh cepat lelah, dan ide terasa mampet. Padahal, lingkungan kerja yang nyaman dan tertata rapi punya pengaruh besar terhadap semangat dan efektivitas dalam bekerja.

Bayangkan saja, saat meja penuh tumpukan kertas, kabel berserakan, dan pencahayaan kurang pas, otak akan lebih cepat merasa penat. Alih-alih produktif, malah ingin rebahan lebih lama. Maka dari itu, penting banget mengenali kesalahan umum dalam menata meja kerja di rumah. Bukan hanya soal estetika, tapi juga soal bagaimana ruang itu bisa mendukung energi dan konsentrasi selama berjam-jam menghadapi layar. Yuk, simak lima kesalahan umum yang sering dilakukan tanpa disadari!

1. Meja terlalu penuh barang

ilustrasi meja penuh barang (pexels.com/Anna Shvets)

Banyak orang berpikir meja yang penuh menunjukkan kesibukan dan semangat kerja tinggi, padahal justru sebaliknya. Meja yang terlalu ramai bisa mengganggu fokus karena mata dan otak harus berhadapan dengan terlalu banyak stimulus visual. Kondisi ini membuat otak sulit memilah mana yang penting, sehingga waktu kerja jadi gak efisien. Selain itu, meja berantakan juga membuat ruang terasa lebih sempit dan sesak, menambah rasa stres secara perlahan.

Menjaga kerapian bukan berarti meja harus kosong total, tapi cukup letakkan barang yang benar-benar sering dipakai. Misalnya laptop, buku catatan, dan satu atau dua dekorasi kecil sebagai pemanis. Saat meja tampak lega, pikiran juga terasa lebih ringan dan tenang. Energi pun bisa lebih terarah untuk menyelesaikan tugas, bukan untuk mengeluh karena ruang terasa semrawut.

2. Pencahayaan yang buruk

ilustrasi kerja lembur (pexels.com/cottonbro studio)

Pencahayaan punya peran besar dalam menentukan suasana kerja. Meja yang kurang terang bisa membuat mata cepat lelah, apalagi kalau sering menatap layar laptop dalam waktu lama. Pencahayaan yang terlalu redup juga membuat tubuh terasa mengantuk dan kehilangan motivasi. Akibatnya, jam kerja terasa lambat dan hasil pekerjaan jauh dari maksimal.

Kalau memungkinkan, tempatkan meja dekat jendela agar cahaya alami bisa masuk. Cahaya alami mampu memperbaiki suasana hati dan menjaga ritme sirkadian tubuh tetap seimbang. Bila bekerja di malam hari, pilih lampu meja dengan intensitas cahaya yang bisa diatur sesuai kebutuhan. Cahaya yang pas akan membantu otak tetap waspada tanpa membuat mata perih atau cepat lelah.

3. Posisi meja tidak ergonomis

ilustrasi meja kerja (pexels.com/Huy Phan)

Bekerja dalam posisi yang salah bisa menyebabkan berbagai keluhan fisik seperti nyeri punggung, leher kaku, atau pergelangan tangan pegal. Posisi meja yang terlalu rendah atau tinggi juga bisa memengaruhi postur tubuh tanpa disadari. Lama-kelamaan, rasa tidak nyaman ini akan menurunkan produktivitas karena tubuh dipaksa bekerja dalam kondisi tidak ideal.

Atur posisi meja dan kursi agar seimbang dengan tinggi badan. Pastikan layar laptop sejajar dengan pandangan mata, dan bahu tetap rileks saat mengetik. Investasi kecil seperti menambah penyangga laptop atau bantalan kursi bisa membawa perubahan besar. Saat tubuh merasa nyaman, fokus pun meningkat dan waktu kerja terasa lebih efisien.

4. Warna ruangan yang tidak mendukung

ilustrasi interior ruang kerja dengan warna monokrom (unsplash.com/Alex Tyson)

Banyak orang gak menyadari bahwa warna ruangan juga berpengaruh terhadap suasana hati saat bekerja. Warna yang terlalu gelap bisa membuat ruangan terasa sempit dan menekan, sementara warna yang terlalu mencolok bisa membuat mata cepat lelah. Keduanya sama-sama bisa menurunkan semangat dan mengacaukan konsentrasi.

Coba pilih warna dinding atau dekorasi meja dengan nuansa yang lembut seperti biru muda, abu-abu terang, atau hijau sage. Warna-warna ini mampu menciptakan rasa tenang dan fokus tanpa terasa monoton. Warna yang tepat membantu menciptakan suasana kerja yang seimbang antara profesional dan santai. Dengan begitu, meja kerja di rumah bisa jadi tempat paling nyaman untuk menyalurkan produktivitas.

5. Kurangnya sentuhan personal

ilustrasi meja kerja (pexels.com/Minh Phuc)

Meja kerja yang terlalu kaku dan polos kadang justru membuat suasana terasa asing. Tanpa elemen personal, meja kerja bisa terasa seperti ruang orang lain yang sulit memberi inspirasi. Padahal, sedikit sentuhan pribadi seperti foto keluarga, tanaman kecil, atau barang kenangan bisa membangkitkan semangat setiap kali duduk bekerja.

Namun, jangan berlebihan dalam menghias. Pilih beberapa elemen kecil yang punya makna khusus dan bisa memicu rasa positif. Misalnya tanaman sukulen kecil yang segar dipandang atau lilin aromaterapi dengan wangi lembut. Sentuhan personal yang pas bisa membuat suasana kerja terasa lebih hidup tanpa mengurangi fokus.

Menata meja kerja bukan sekadar perkara estetika, tapi juga tentang menciptakan ruang yang mendukung keseimbangan antara fokus dan kenyamanan. Setiap elemen kecil di meja punya dampak besar terhadap suasana hati dan semangat bekerja. Dengan memperhatikan hal-hal sederhana seperti pencahayaan, posisi, dan dekorasi, produktivitas bisa meningkat secara alami. Jadikan meja kerja di rumah bukan hanya tempat bekerja, tapi juga ruang yang memancarkan inspirasi setiap hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian