ilustrasi berbelanja baju (pexels.com/samlion)
Dilansir Money Talks News, Kentin Waits, seorang content writer dan communications specialist, menjelaskan, bahwa membeli pakaian "fast fashion" bekas tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan adalah sebuah kesalahan. "Fast fashion" mengacu pada produksi besar-besaran pakaian berkualitas rendah yang hanya dirancang untuk bertahan satu musim atau kurang sebelum dibuang.
Bagi banyak orang, membeli barang bekas mungkin dianggap sebagai opsi yang ramah lingkungan, tetapi ketika pakaian "fast fashion" bekas menjadi pilihan, dampaknya dapat bertambah buruk. Industri tekstil yang memproduksi pakaian semacam ini memberikan beban berat pada lingkungan, dengan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi daripada industri penerbangan dan pelayaran secara bersamaan.
"Fakta-fakta mencengangkan mengenai dampak mode terhadap lingkungan dan orang-orang miskin di dunia seharusnya membuat kita berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk membeli pakaian baru. Sebagai konsumen, kita memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan yang nyata," kata Danny Sriskandarajah, Chief Executive of Oxfam GB, dilansir Oxfam.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan aspek lingkungan dan etika saat berbelanja barang bekas. Ini perlu dilakukan agar pilihan konsumsi kita tidak hanya mengurangi pemborosan, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.