Ilustrasi Ka'bah, kiblat umat muslim (pexels.com/Yasir Gürbüz)
Kala itu, Amr bin Ash bertemu dengan Raja Negus untuk melakukan diplomasi agar sang raja mau mengusir umat Islam yang berlindung di negerinya. Namun, bukannya mengusir orang-orang muslim tersebut, Amr bin Ash justru mendapat perenungan yang membuatnya tertarik untuk jadi mualaf.
Sebelum hijrah ke Madinah, umat muslim pernah hijrah ke Etiopia yang dipimpin oleh Raja Negus, seorang Nasrani taat. Umat muslim banyak mendapat penindasan di Makkah, sehingga harus pergi dari tanah Makkah untuk menjalani hidup yang lebih tenang. Kemudian, pada bulan Rajab sejumlah sahabat hijrah ke Etiopia.
Orang Muslim yang hijrah ke Etiopia dipimpin oleh Utsman bin Affan. Rombongan ini terdiri dari 12 laki-laki dan 4 orang perempuan, totalnya 16 orang. Perjalanan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi sebab hampir digagalkan oleh bangsa Quraisy.
Sampai di Etiopia, rombongan ini disambut dengan perlakuan yang baik dari penduduk setempat. Bahkan, dibiarkan untuk hidup dan menetap di wilayah tersebut.
Hal ini membuat kaum Quraisy marah. Orang-orang dari bangsa tersebut tak ingin umat muslim hidup dengan damai dan tenang. Maka, diutuslah Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi'ah untuk melakukan negoisasi dengan Raja Negus agar umat muslim diusir dari Etiopia.
Kedua perwakilan bangsa Quraisy tersebut menemui raja dan berkata, "Wahai tuan raja, mereka (orang Islam) yang datang ke negeri ini sebenarnya hanya orang-orang bodoh yang telah banyak melakukan keonaran di negeri sendiri. Mereka ke sini bukan untuk mengikuti agama tuan, melainkan membawa agama baru yang mereka ciptakan sendiri. Kami diutus pimpinan kami untuk memberitahukan hal ini. Harapannya, tuan bisa waspada dan mengusir mereka."
Namun, raja tak langsung percaya. Ia kemudian mengundang perwakilan umat muslim, Ja'far bin Abu Thalib untuk menyampaikan kebenarannya. Ja'far mengatakan, "Dulu kami adalah orang-orang jahiliah yang menyembah berhala. Hingga kemudian Allah mengutus seorang nabi untuk membimbing kami ke jalan yang benar. Berhala-berhala itu akhirnya kami tinggalkan. Bersamaan dengan itu, kami juga diajari nilai-nilai moral kehidupan yang baik, meninggalkan ajaran-ajaran masa lalu yang bobrok”.
Raja Negus kemudian mempercayai yang dikatakan oleh Ja'far, sebab ia telah mempelajari ciri-ciri kehadiran nabi akhir zaman. Raja Negus kemudian meminta Ja'far untuk membacakan ayat Al-Qur'an, kemudian Ja'far melantunkan,"Kaf ha ya ‘ain shad". Sang raja kemudian menangis dan membenarkan ajaran Islam.