Fery Farhati saat mengundang 21 sosok Ibu Ibukota ke Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta (23/9/2019). (instagram.com/fery.farhati)
Selama ini, Jakarta dikenal sebagai kota yang macet, keras, dan individualistik. Namun, Fery berhasil menangkap sisi lain kota Jakarta melalui Ibu Ibukota Awards.
Ia bercerita, "Saya menggagas Ibu Ibukota Awards, bagaimana ibu-ibu ini yang di search engine tidak ada namanya, harus dimunculkan di permukaan. Karena ketika saya mendengar cerita mereka, saya melihat Jakarta lebih optimis dan humanis, gak seperti yang digambarkan selama ini."
Banyak orang berlomba datang ke ibu kota untuk mengadu nasib. Tak hanya keras, Jakarta dikenal sebagai kota yang begitu sibuk. Namun di balik gemerlapnya kota metropolitan, Fery menghadirkan sisi lain kota Jakarta melalui cerita-cerita inspiratif yang mungkin sebelumnya tidak tersentuh oleh publik.
"Cerita mereka diangkat dan kemudian sosok-sosok penggerak ini bisa diapresiasi. Alhamdulillah, Ibu Ibukota Awards yang 62 sosok ini, yang selama 4 tahun terakhir kita temukan, itu semakin melebarkan sayapnya untuk lebih berdampak terhadap masyarakat luas," tegas dia.
Ibu Ibukota Awards merupakan bentuk apresiasi yang disematkan kepada para perempuan terpilih yang mampu berkontribusi untuk masyarakat di sekitarnya. Ibu Ibukota pertama kali digagas tahun 2019 dan telah melalui tahap seleksi yang ketat.
Fery juga mengatakan, “Saya merasa hangat, bahwa banyak orang baik ternyata di Jakarta, gak semua orang Jakarta itu keras, bahwa ada orang-orang yang mau ikut terlibat. Mereka menopang Jakarta, sehingga Jakarta seperti saat ini."
Apa yang dilakukan sosok-sosok penggerak ini, dianalogikan Fery sebagai titik akupuntur. Ia bertutur, "Bisa dibayangkan kalau mereka mengatakan, 'Saya lelah. Saya tidak mau melakukan ini semua.' Itu yang ngurusin sampah dan laut berhenti, tentunya kekacauan yang dirasakan bisa ke seluruh kota. Saya selalu menganalogikan apa yang dilakukan ibu-ibu ini sebagai titik akupuntur, ketika satu titik ditusuk jarum akupuntur, dampaknya terasa sekujur badan. Seperti obat, gitu. Yang mereka lakukan itu titik akupunturnya di seluruh Jakarta, yang membuat Jakarta seperti sekarang, lebih nyaman, manis, dan penuh harapan.”
Setiap tahun ada lebih dari 140 cerita #AksiHidupBaik di Jakarta. Artinya, masih banyak orang yang rindu menghidupkan Jakarta menjadi kota yang bersinergi dan harmonis. Melalui Ibu Ibukota Awards, Fery berupaya memberikan apresiasi dan membekali mereka dengan skill dan kemampuan networking agar bisa memperluas gerakannya.
“Ibu walikota bersama tim penggerak PKK melihat ke lapangan yang dampaknya terasa lebih luas dibandingkan yang lainnya. Setiap bidang saya pilih 5 sosok, ada 4 bidang, jadi ada 20 orang setiap tahunnya. Namun, selama 2 tahun terakhir itu ada 21 sosok, karena ada satu yang sangat sayang jika tidak masuk seleksi. Tapi selama proses memilih cerita itu, kami diperkaya hatinya dengan cerita-cerita yang menyentuh hati,” paparnya lagi.
Sulit baginya memutuskan mana cerita yang paling baik karena semuanya memiliki dampak. Untuk Ibu Ibukota Awards, Fery ingin mengangkat cerita yang memiliki efek tular yang lebih kuat.
"Saya membayangkan, ketika cerita ini diangkat, masyarakat Jakarta membaca dan mendengarkan, ada yang seperti yang kami rasakan. Jadi, mereka lebih guyub, lebih merasa positif melihat Jakarta dan mau melakukan aksi hidup baik seperti mereka," harap dia.