tungku api penyulingan minyak atsiri untuk memasak daun cengkeh (dok.pribadi/Siska Arifa)
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak terbang dan essential oil merupakan ekstrak alami atau komuniti minyak nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji-bijian, batang, kulit hingga akar. Minyak ini bersifat mudah menguap, bertekstur cair dan memiliki aroma khas sesuai asal tanamannya.
Dilansir situs resmi Kementerian Perindustrian RI, potensi minyak atsiri di Indonesia sebagai negara tropis benar-benar menguntungkan, pasalnya tanah Ibu Pertiwi kita memiliki 40 jenis dari total 99 jenis tanaman atsiri di dunia. Kegunaan minyak atsiri pun beragam sesuai asal jenis tumbuhannya dan dapat dipasarkan ke berbagai bidang industri, seperti industri farmasi untuk obat nyeri, antiinfeksi, dan pembunuh bakteri, industri kosmetik untuk parfum, sabun, losion dan lainnya hingga industri makanan sebagai penyedap rasa.
"Kita di sini rata-rata produksi minyak cengkih dan serai wangi, namun sekarang serainya belum panen, menunggu 3 bulan sekali untuk bisa panen dan produksi," terang pak Untung.
Faktanya, Indonesia merupakan salah satu produsen minyak cengkih terbesar di dunia setelah Madagaskar, lho. Tentunya, Kendal pun memiliki potensi besar untuk mengembangkan produksi minyak daun cengkih hingga ke mancanegara karena kandungannya banyak dibutuhkan di berbagai sektor industri.
Minyak daun cengkih memiliki kandungan senyawa eugenol yang bisa dimanfaatkan sebagai minyak esensial, minyak wangi, penyedap, anaestesi lokal, obat antiseptik, antiinflamasi, antioksidan, antifungal, antivirus hepatitis-C dan HSV, hingga dipergunakan untuk membasmi sel kanker tertentu. Terlebih lagi, eugenol ini menjadi salah satu bahan paling utama dalam pembuatan rokok kretek di Indonesia.
Kita patut bersyukur dengan keberagaman hasil alam Bumi Ibu Pertiwi, bahkan tak ada yang menyangka jika daun cengkih dari Indonesia yang berguguran pun menyimpan sejuta manfaat untuk kehidupan kita sehari-hari, bukan?