Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan (dok. Seribu Tujuan)
"Awalnya kami itu komunitas, terus transisi ke organisasi. Dan, sekarang sedang mengembangkan diri menjadi startup," ujar Bayu.
Dari awal pendirian Seribu Tujuan, mereka menemukan berbagai kendala. Masalah pertama dimulai dari upaya untuk membuat nama mereka dikenal publik.
"Yang kedua itu untuk memperluas scale. Awalnya kami cuma berdua, terus memperbesar tim. Harus belajar tentang proses HR, workflow organization, dan environment kerja yang pas," ungkap Bayu.
Untuk mengatasi kendala itu, Jennifer mengatakan bahwa salah satu solusi ampuh adalah dengan cepat beradaptasi dengan keadaan.
"Sebaiknya kita gak reluctant untuk coba sesuatu yang baru. Contoh, pas lockdown kita banyak melakukan IG Live dan TikTok," kata perempuan yang hobi berenang ini.
Dalam sesi interview bersama IDN Times, keduanya pun berbagi kisah personal mereka. Termasuk cerita titik balik yang membentuk mereka sampai saat ini. Cerita dimulai dari Bayu yang memiliki latar belakang yang unik.
"Growing up aku sempat pindah-pindah negara. Dalam proses itu, aku banyak membangun koneksi pertemanan, tapi harus terputus. Meski gak intense, tapi dari situ aku banyak belajar," katanya.
Untuk Jennifer sendiri, momen terendahnya dialami sejak ia masih bersekolah SMA di Jakarta dan pindah ke Australia.
Ia mengatakan, "Aku kira dengan aku pindah ke luar negeri itu semuanya akan terselesaikan, karena aku jauh dari lingkungan itu. Tapi, pas aku nyampe di Melbourne, aku tahu bahwa masalahnya ada di dalam diri aku sendiri".
Situasi tersebut perlahan-lahan membaik setelah ia bertemu dengan orang-orang yang suportif dan terpercaya untuk membicarakan kesehatan mentalnya. Jennifer pun mulai membangun kehidupannya kembali. Ia juga menekankan pentingnya untuk mempercayai proses penyembuhan.
"Banyak orang yang cari bantuan buat kesehatan mental, tapi mau hasil yang instan. Padahal perjalanan kesehatan mental itu banyak dan panjang," tambahnya.