Calon dokter yang aktif meneliti, Maureen Miracle Stella (Dok. IDN Times/Istimewa)
Meraih prestasi yang sedemikian rupa pun bukannya tanpa kesulitan. Salah satu tantangan terbesar yang pernah dialami Maureen adalah ketika sampel riset yang hendak ia patenkan justru terbuang.
“Saat itu, saya merasa jerih payah saya selama 2 tahun seperti sia-sia. Saya sempat down, namun saya menjadikan hal itu sebagai batu loncatan untuk bangkit dan mengasah kemampuan saya, hingga akhirnya saya bisa sejauh ini,” beber dia.
“Tidak ada jalan yang instan maupun lurus-lurus saja, perlu perjuangan dan kesabaran untuk bertahan di jalan ini. Kamu akan bertemu berbagai macam pihak, mulai dari yang benar memiliki intensi baik, kurang baik, hingga yang tampak baik namun eksploitatif demi profit pribadi. Saya punya teman-teman yang sangat suportif sehingga saya dapat terus maju,” tambahnya.
Sebagai seorang dokter muda, Maureen berpendapat bahwa penelitian tidak terbatas pada hal-hal molekular yang hanya bisa dilakukan di laboratorium.
“Tidak mungkin rasanya kita langsung mahir membuat sebuah karya pada kali pertama. Penelitian dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja dan kapan saja, find your curiosity, explore it, enjoy the process,” saran dia.
“Misalnya, kamu tertarik dengan penelitian yang melibatkan sosialisasi dengan banyak orang, kamu bisa melakukan penelitian berbasis studi populasi seperti survei. Bila kamu tidak ingin melakukan penelitian di lapangan, kamu bisa juga membuat tinjauan pustaka atau telaah sistematis. Jadi, penelitian tidak selalu harus identik dengan laboratorium,” demikian tips terakhir dari dia.