Putri Sari, psikolog pendidikan dan founder Jejak Langit. (dok.istimewa)
Jejak Langit memiliki tiga rangkaian kegiatan untuk setiap keluarga yang bergabung dengan komunitas ini. Project-based study ini terdiri dari Proyek Bumi, Proyek Langit dan Proyek Semesta.
Proyek Bumi menekankan eksplorasi diri dan lingkungan, belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat dan memberi kebermanfaatan. Biasanya, keluarga yang mengikuti proyek, mengikuti kegiatan panen, seperti panen jagung, kacang, ikan, dan berbagai aktivitas lain.
Proyek kedua, yakni Proyek Langit yang menghadirkan praktisi untuk belajar langsung dari ahli guna menumbuhkan empati dan memberikan solusi bagi lingkungan. Kegiatan ini akan mengenalkan permasalahan lingkungan serta krisis alam yang tengah terjadi di bumi, namun dikemas dengan gaya menyenangkan.
Terakhir, ada proyek semesta, yakni mengenalkan anak pada alam sambil meningkatkan kemampuan atau keterampilan diri. Proyek semesta diharapkan dapat menjadi sarana untuk eksplorasi skill anak dan menumbuhkan rasa percaya diri.
"Proyek semesta itu tujuannya supaya anak-anak itu lebih percaya diri karena mereka punya life skill. Misalnya, kita mengajak anak untuk mengolah bambu, jadi biar mereka tuh lebih merasa bahwa 'aku tuh memang mampu' sehingga ketika mereka tadi sudah tahu bahwa bumi itu lagi sakit, mereka akan percaya diri untuk bisa melakukan sesuatu untuk buminya," sebutnya.
Seluruh kegiatan Jejak Langit berlangsung selama tiga minggu. Tahapnya, di minggu pertama, biasanya anak dan orangtua akan melakukan riset. Kemudian pada pekan kedua, keluarga akan terjun langsung ke lapangan, bertemu ahli dan praktisi untuk belajar hal baru. Terakhir, di minggu ketiga, keluarga akan mempresentasikan hasil dari project yang dikerjakan.
Seluruh rangkaian kegiatan Jejak Langit diharapkan dapat mempererat hubungan anak-orangtua. Tak hanya mengenal alam, aktivitas yang diikuti juga diyakini mampu melatih kemampuan motorik, perkembangan afektif, hingga kognitif pada anak usia 7-10 tahun.