Kami itu komunitas lukis. Ya, seperti namanya, kami adalah orang-orang yang gemar menggambar, punya passion dalam bidang itu yang berkumpul bersama. Dan menamai diri kami FitriArt. Kebetulan karena saya pencetus pertamanya, makanya saya namakan demikian.
Apa yang memotivasi mbak dalam membuat komunitas ini?
Sebenarnya itu awalnya karena aku sudah bosan kerja. Sudah berpuluh-puluh tahun kerja, bosan. Lalu jadi berpikir, apa ya hal yang bisa dilakukan supaya aku gak bosen lagi. Ya akhirnya melukis ini. Tidak ada motivasi yang gimana-gimana, karena suka gambar dan bosan kerja, makanya lari ke sini. Lumayan untuk isi waktu luang, anak sudah besar, biar aku punya kesibukan. Dan kebetulan gak ada wadah, jadi ya akhirnya aku bikin aja.
Dulu awalnya gimana sih FitriArt terbentuk?
Jadi aku itu awalnya tergabung juga dalam IWPI, Ikatan Wanita Pelukis Indonesia sama Lembaga Seni Budaya. Tapi kemudian beberapa teman mendorong, ‘Ayo kamu bikin wadah’, saya pikir-pikir gak ada salahnya juga sih, makanya saya bikin ini. Apalagi awalnya dari kami cuma nongkrong biasa, gak ada wadah tapi sama-sama suka gambar, ya sudah jalan.
Dulu, mbak Fitri sendiri belajar lukisnya bagaimana?
Aku belajarnya dulu langsung di atas kanvas. Belajar pertama itu tahun 2005.
Kenapa memilih lukis? Kenapa tidak menjahit atau mungkin kegiatan lainnya?
Karena melukis itu memberikan ketenangan. Kalau jahit, itu bising menurut saya. Sedangkan dari melukis itu saya tenang. Gak ada bunyi. Selain hasilkan karya, juga hasilkan ketenangan.
FitriArt sudah berdiri sejak kapan?
Tahun 2005 aku mulai gambar, 2006 dan 2007 pameran tunggal. Nah, setelah pameran tunggal itu saya mulai bikin komunitas.
Setahun ada berapa kali pameran?
Kami membatasi setahun itu tiga kali pameran. Itu normalnya. Tapi kalau ada case-case tertentu, ya kami bikin pameran tambahan.
Ada berapa anggota FitriArt sekarang ini?
Ada 40 orang.