David Hidayat dari Andespin (instagram.com/andespindeepwestsumatera)
David Hidayat awalnya hanya seorang mahasiswa Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat. Pada 2014, dia sempat berkunjung ke Sungai Pinang dan menemukan fenomena abrasi merenggut masa depan pantai di Pesisir Selatan. Hutan-hutan mangrove tampak rusak parah. Terumbu karang pun tidak berbeda jauh nasibnya. Ini disinyalir terjadi karena masyarakat sendiri, baik yang tinggal di sana maupun wisatawan.
“Bisa jadi masyarakat menempatkan hutan mangrove untuk buat rumah, buat perahu, atau segala macam, tapi kita tidak mencari kesalahan masyarakat, kita harus bisa memperbaiki itu. Begitu juga dengan keberadaan terumbu karang,” jelas David Andespin dalam sebuah bincang-bincang santai.
Berbekal keresahan itu, David berniat untuk melakukan sesutu. Kebetulan dia sendiri memang pencinta laut. Sejak kecil, David sudah dekat dengan laut. Apalagi, pria kelahiran 28 Agustus 1987 itu lahir di kawasan pesisir dan senang menyelam. Namun, niatnya terganjal berbagai kesibukan sebagai mahasiswa.
Usai lulus sebagai Sarjana Perikanan dan Kelautan, David akhirnya bisa bergerak dengan leluasa. Dia lalu mendirikan sebuah klub yang isinya pemuda-pemuda Nagari Sungai Pinang. Mereka bergerak untuk memetakan kerusakan sekaligus potensi pantai di Pesisir Selatan.
Melihat banyaknya potensi, David pun membentuk Anak Desa Sungai Pinang (Andespin). Ini merupakan gerakan sosial yang bertujuan memberikan nilai-nilai baik untuk lingkungan. Kegiatannya tidak jauh dari revitalisasi dan konservasi laut berikut sosialisasinya.
Sosialisasi tentang lingkungan tentu bukan hal mudah. Pada awalnya, masyarakat sulit bergerak. Namun, berkat kerja keras, perlahan-lahan mereka mau mengikuti berbagai program yang digagas David bersama Andespin, terutama saat David menjadi perangkat desa.
Sayangnya, niat baik David Hidayat dalam memperbaiki lingkungan tidak langsung mendapat restu orangtua. Kebetulan orangtua ingin anaknya bekerja kantoran. Namun, David tidak bisa hidup seperti itu. Dia memilih untuk mengembangkan potensinya untuk melestarikan apa yang dia dicintai.
“Ya, kita harus meyakinkan orangtua kita bahwasannya desa kita punya potensi yang bisa kita kembangkan lagi di bidang kelautan dan perikanannya,” curhat David Andespin. “Namun, memang kita harus punya kesabaran untuk meyakinkan orangtua kita bahwasannya kita bisa berdiri di nagari sendiri tanpa harus ke kota untuk cari pekerjaan.”