Diskusi virtual dan peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru", Kamis (25/2/2021). IDN Times/Tyas Hanina
"Kanker paru membuat saya dapat menikmati warna-warni kehidupan yang saya lalui," tutur Dra.Menteria Butar-Butar.
Kisah itu berawal ketika ia mendapat jadwal medical check up dari kantor. Sebelumnya, ia sempat menyadari bahwa suaranya menjadi gak stabil. Dua hari berselang dari hasil diagnosa diumumkan, ia sempat down dan terus menangis.
"Pada hari ketiga saya menyadari bahwa Tuhan itu ada. Dan, dia akan mengendalikan setiap hidup manusia," ujarnya.
Selama proses penyembuhan, ia pergi ke Jakarta. Selama 6 bulan pertama, ia memetik banyak pelajaran berharga bahwa setiap orang memiliki permasalahannya masing-masing.
Ia bilang, "Rasanya Tuhan memperhadapkan saya dengan realita dunia".
Inspirasi lainnya datang dari Sri Budiarti. Dalam acara diskusi, ia menyatakan harapannya untuk bisa memotivasi para pasien dan keluarganya untuk tetap bersemangat dan berjuang.
"Pesan khusus dari saya, jangan pernah takut dengan kanker paru. Karena ini bukan akhir dari segalanya," ungkapnya sambil tersenyum simpul.
Bagi Sri, penyakit kanker baru merupakan salah satu kehendak Tuhan YME yang harus dihadapinya. Oleh karena itu, ia merasa cara seseorang merespons itu akan menentukan kualitas hidupnya juga.
Sri gak ingin larut dalam kesedihan berlama-lama. "Semangat kita jangan kendor dan ciptakan rasa gembira dengan ketenangan pikiran," katanya.
Kegembiraan kecil itu menurutnya bisa hadir dengan menjalani hobi yang disukai. Dari mulai berolahraga, memasak, bernyanyi, menulis, kulineran, sampai main TikTok.