ilustrasi video call (pexels.com/Ketut Subiyanto)
Kedekatan emosional dalam percakapan sering kali tidak tercipta dengan baik melalui video call. Meski bisa saling melihat wajah, nuansa percakapan sering kali terasa hambar dan kaku. Ini disebabkan karena sinyal emosional yang biasanya hadir dalam percakapan langsung tidak bisa sepenuhnya tersampaikan lewat layar. Situasi ini membuat beberapa orang merasa percakapan menjadi kosong dan tidak bermakna, apalagi jika topik yang dibicarakan bersifat personal.
Interaksi yang membutuhkan kepekaan perasaan, seperti curhat atau diskusi, lebih nyaman dilakukan secara langsung karena bisa menciptakan ruang emosional yang hangat. Saat dilakukan lewat video call, koneksi emosional justru berkurang, dan terkadang lawan bicara tampak tidak benar-benar hadir. Ketidakhadiran emosional ini menyebabkan banyak orang memilih menghindari video call dan menunggu waktu yang tepat untuk bertemu langsung agar pesan bisa tersampaikan secara utuh.
Meski teknologi terus berkembang dan video call menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, penting untuk memahami bahwa tidak semua orang merasa nyaman menggunakannya. Dengan memahami alasan-alasan tersebut, kamu bisa lebih bijak dalam memilih metode komunikasi yang tepat sesuai kebutuhan dan kenyamanan masing-masing. Jika kamu termasuk orang yang kurang nyaman melakukan video call, kamu tidak sendirian, dan itu hal yang sangat wajar.