Dalam filmografinya, kita bisa melihat kalau Mandy pernah berkontribusi dalam pembuatan film fiksi dan dokumenter. Ketika ditanya apa perbedaan paling nyata dari kedua jenis film tersebut, ia menjawab dengan lugas bahwa perbedaannya ada pada cara kerja dan prosesnya.
"Dalam proses film fiksi itu semua jadwal terukur. Dari mulai penulisan skenario, pre-production, syuting, hingga editing. Tapi, film dokumenter itu sifatnya lebih cair," ujarnya.
Menurutnya, film dokumenter membutuhkan riset yang mendalam. Karena cerita akan terus berkembang sepanjang pembuatan film, maka perubahan naskah dan plot cerita di tengah-tengah proses produksi sangat mungkin terjadi.
"Begitu syutingnya lebih panjang, footage-nya kan makin banyak. Maka masa editing pun bertambah panjang lagi. Saat editing, baru deh film itu dijahit dan baru kita mencari ceritanya sebenarnya apa dari film tersebut," pungkas perempuan lulusan Fisip UI ini.
Hal itu juga dibuktikan dalam proses pembuatan karya film dokumenter Mandy yang berjudul "SEMES7A". Film tersebut sempat tayang di bioskop pada Januari 2020 dan sudah bisa ditonton di Netflix sejak tanggal 17 Agustus 2020.
Ia menceritakan kisah unik saat syuting "SEMES7A" di Flores. "Tadinya, kita mau memfilmkan tentang pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang mereka miliki. Tapi 2 minggu sebelum syuting, dikabarkan kalau alat itu rusak," ujarnya sambil terkekeh pelan. Untuk menyiasatinya, timnya pun mengubah alur cerita menjadi bagaimana masyarakat Flores memperbaiki alat tersebut bersama-sama.