ilustrasi bulan sabit (Pexels.com/Burak The Weekender )
Hisab adalah metode perhitungan matematis yang digunakan untuk menentukan posisi bulan berdasarkan peredaran bulan dan matahari. Pendekatan ini melibatkan perhitungan astronomi yang kompleks, termasuk perhitungan gerak bulan, posisi matahari, dan peredaran waktu. Dalam hisab, bulan baru dianggap terjadi ketika bulan dan matahari mencapai posisi tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Landasan hisab juga ditemukan dalam hadis riwayat Ibnu Umar ra, di mana Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لا تصوموا حتى تروا الهلال ولا تفطروا حتى تروه، فإن غم عليكم فاقدروا له
Artinya: "Janganlah kamu berpuasa sehingga kamu melihat hilal (Ramadan) dan janganlah kamu berhenti berpuasa sehingga kamu melihat hilal Syawal. Jika hilal tertutup bagimu maka perkirakanlah hilal itu dengan menghitung posisi-posisinya."
Seorang imam besar dari kalangan ulama Syafi’iyah, Abu al-Abbas Ahmad bin Umar bin Suraij, mengompromikan riwayat hadits tersebut dengan menggunakan teori multidimensi, yaitu bahwa sabda Nabi (فاقدرواله) bermakna: "perkirakanlah hilal itu dengan menghitung posisi-posisinya."
Sementara itu, Imam Al-Subki berpendapat bahwa penetapan hilal di zaman ini dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu astronomi modern. Hal ini disebabkan oleh kemajuan ilmu astronomi modern yang sangat canggih dan akurat. Dengan ilmu ini, para ahli astronomi mampu memprediksi terjadinya gerhana beberapa ratus tahun sebelumnya dengan sangat akurat, mencakup tahun, bulan, pekan, hari, dan bahkan menit.